Mohon tunggu...
Risala Aulia Dewi
Risala Aulia Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas PGRI Semarang

Seorang Mahasiswa yang sedang menempuh Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kesenian Ojhung Di Kabupaten Situbondo Yang Dianggap Sebagai Ritual Mistis Pemanggil Hujan

18 Desember 2024   18:37 Diperbarui: 18 Desember 2024   18:37 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kesenian Ojhung(Sumber :Internet)

Ojhung menjadi salah satu kesenian lokal yang unik dan kaya akan nilai luhur. Ritual Ojhung bukan hanya sekedar hiburan, tetapi juga menjadi salah satu kebudayaan lokal yang mengandung nilai sakral dan magis. Apa itu Ojhung? Bagaimana proses pertunjukannya? Berikut penelusuran kami.

Apa itu Ojhung?

Di Situbondo terdapat tradisi ritual pemanggil hujan yang biasa disebut ojhung. Tradisi Ojhung yaitu kegiatan adu pukul bergantian antara dua orang pemain. Ojhung dilaksanakan jika masyarakat Situbondo mengalami kekeringan. Setelah dilakukan ritual tersebut, biasanya 1-2 hari akan turun hujan.

Alat yang digunakan dalam melakukan tradisi ojhung disebut rotan atau orang madura biasa menyebutnya dengan manjelin, rotan itu dipukulkan ke badan para pemain. Pukulan harus dikenakan pada badan bagian punggung belakang, perut samping dan bagian leher (tidak boleh memukul badan bagian depan), para pemain biasanya tidak menggunakan tameng atau pelindung untuk melindungi badan mereka. Pemain tradisi ojhung adalah laki-laki tidak diperbolehkan untuk perempuan. Gerakan tariannya dinamis dan penuh semangat, mencerminkan keberanian dan kekuatan para pemain.

Bagaimana Proses Pertunjukan Ojhung?

Sebelum tradisi ojhung dimulai, biasanya diawali dengan pertunjukkan tarian-tarian yang diiringi oleh alat musik gamelan. Setelah itu akan dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh ketua panitia dan dilanjut dengan sambutan dari para petinggi desa  untuk membuka acara pertunjukan. Setelah itu dalam permainan Ojhung, mereka saling berhadapan tetapi tidak langsung memukul melainkan menghentak-hentakan kaki dahulu lalu berputar-putar seperti  sedang menari setelah itu beradu cambuk dengan iringan musik tradisional seperti gamelan, gong dan kendang. Para penonton pun saling menyoraki jagoannya masing-masing.

Dalam pertunjukan itu,  Ojhung juga dilengkapi dengan wasit yang disebut Kemlandang dan durasinya dibatasi antara tiga hingga lima kali adu cambuk. Dalam setiap pertandingan  Ojhung , penyelenggara biasanya menyiapkan sejumlah dana yang diperuntukkan bagi pemain. Rata-rata, usai tiga kali saling cambuk, penyelenggara akan memberikan uang kepada setiap pemain. Namun, jika cambukan dinyatakan bagus oleh Kemlandang, dapat ditambah dua kali cambukan. Pada "ronde" lanjutan inilah tiap pemain akan mendapatkan uang dua kali lipatnya. Setiap ronde, rata-rata membutuhkan waktu sekitar lima menit. Sebagai sebuah pertunjukan, tidak ada soal siapa kalah dan siapa yang menang, yang penting pertunjukan berlangsung meriah.

Syarat dan Ketentuan Melakukan Tradisi Ojhung

Tradisi Ojhung memiliki syarat dan ketentuan, diantaranya adalah mengadakan selamatan sehari sebelum acara dilaksanakan, sekaligus memperingati  maulid Nabi Muhammad SAW.  Untuk itu diperlukan penyiapan sesajen yang terdapat berbagai macam isian, seperti nasi 7 warna, bunga 1000 macam, kepala sapi, kepala kambing dan kepala kerbau, 1000 tusuk sate, kue yang warnanya menyerupai warna 7  hewan buas, dan tempat yang dipergunakan untuk menaruh sesajen yaitu legin yang terbuat dari bambu. Setelah selamatan selesai maka masyarakat Bugeman membawa sesajen dari rumah Kepala Desa menuju tempat panitenan atau rumah pemuka adat untuk didoakan dan memohon kepada Sang Kuasa agar masyarakat mendapatkan keselamatan dari bala dan agar lebih baik dari tahun sebelumnya.

Setelah selamatan dilaksanakan keesokan harinya dilaksanakan upacara adat dan penyambutan kegiatan Ojhung. Rangkaian kegiatan Ojhung dilaksanakan pukul 13.00 -- 18.00 WIB pada hari Selasa yang diyakini masyarakat desa Bugeman sebagai hari yang bagus dan sakral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun