Mohon tunggu...
Raden AnnarisaAlanta
Raden AnnarisaAlanta Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswi universitas Islam negeri sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Seni Rupa dalam Dunia Anak

23 Mei 2023   21:56 Diperbarui: 23 Mei 2023   22:03 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak-anak (di bawah 10 tahun) bermain dengan teman atau sendirian? Betapa lucunya anak-anak bermain. Main rumah, main mobil dan banyak permainan lainnya. Dia menyukainya. Mereka bermain berbicara dan berpura-pura menjadi orang dewasa. Rakyat Mereka meniru gerak dan perilaku orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Benda-benda yang tidak terpakai seperti kotak korek api, kotak sabun, dan berbagai korek api rumah tangga menjadikannya "teman bermain". Benda mati ini dianggap sebagai makhluk hidup dan dapat dikalahkan. Anak mana di dunianya yang penuh fantasi dan fantasi? Imajinasi dan imajinasi anak juga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan mencipta

Permainan tersebut selaras dengan pengaruh lingkungan dan pendidikan keluarga. Bermain adalah aktivitas fisik dan mental yang membutuhkan perhatian seorang guru (dan orang dewasa). Sebagian besar perkembangan pribadi anak, seperti sikap mental, emosi, kreativitas, estetika, perkembangan sosial dan fisik, dibentuk oleh pengaruh bermain. Salah satu tugas bermain yang sangat disukai anak-anak adalah kegiatan yang menarik. Jika tidak mendapatkan kertas, dia menulis di dinding atau lantai rumah. Kegembiraan seorang anak dalam menggambar merupakan pertanda bahwa hal itu menginspirasi dirinya dengan perasaan yang sangat memuaskan dan menggembirakan. Gambar anak-anak juga bisa menjadi alat komunikasi dan ekspresi dunia yang sempurna. Gambar orang, benda-benda di sekitarnya, serta berbagai tumbuhan dan hewan mengembangkan kekuatan ekspresinya dan menjadi sarana komunikasi dengan orang lain.

Sekalipun anak-anak "ketiduran", mereka sangat antusias dalam berkarya, karena seni bermain memberi ruang dan kebebasan. Anak mengekspresikan perasaan atau ekspresinya. Sebagai pembenaran, seni Bangkit harus mau memberi ruang untuk penerimaan sebagai aktivitas yang menyenangkan (Read, 1970:

283). Karena seni dijadikan sebagai alat pengajaran dan kedudukan pendidikan seni sebagai mata pelajaran di sekolah umum sangat bermanfaat. Jika pendidikan adalah pekerjaan sadar orang dewasa untuk membina kedewasaan anak, maka bentuk-bentuk kemampuan belajar tentu dapat dijadikan sebagai sumber sekaligus alat dalam pendidikan anak. Artinya, pentingnya pendidikan yang menggunakan seni sebagai alat dan sebagai alatnya. Pada bagian ini perlu dijelaskan perbedaan makna pendidikan seni rupa dengan mengajarkan seni rupa dengan cara yang tidak menimbulkan salah tafsir penggunaan ungkapan. Pendidikan seni harus berkualitas tinggi. 

Pendidikan seni bukan hanya kegiatan rutin untuk mengisi waktu luang belajar. Siswa harus mengetahui bahwa kegiatan kesenian di sekolah merupakan hasil nyata yang telah dicapainya. Dia meningkat atau berkembang dari ketidaktahuan menjadi kesadaran. Kurang bahagia, lebih bahagia, tidak berpendidikan, lebih pintar, kurang teratur, lebih teratur, lebih lemah, mampu membedakan (berbeda hal) lebih baik membedakan (sama). Tentu saja tidak semua dari kita terutama mahasiswa menyukai kegiatan yang remeh-temeh, kegiatan yang tidak diperhitungkan dan merupakan pemborosan waktu yang wajar (Endday, 2004).

Seni sebagai bagian dari kegiatan bermain mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan umum, khususnya di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, jika kita ingin memanfaatkan masa keemasan ekspresi kreatif untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak sejak usia dini. Zaman keemasan ekspresi kreatif diramalkan oleh Pierre Duquette, yang berpartisipasi dalam seminar pendidikan seni internasional di Bristol. Ia juga menegaskan bahwa anak-anak di bawah usia 10 tahun adalah masa keemasan ekspresi kreatif. Oleh karena itu, ekspresi seni merupakan salah satu kebutuhan anak, dan kebebasan menggunakan cara dan metode yang berbeda dalam kegiatan seni anak merupakan pendekatan utama pendidikan seni.  

Ragam bahan ajar pendidikan seni anak di taman kanak-kanak dan sekolah dasar meliputi kegiatan kreatif dua dimensi dan tiga dimensi. Menggambar, mencetak, menempel dan kegiatan seni dua dimensi lainnya melibatkan anak dengan media dan cara lainnya. Hal-hal sederhana dapat dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Edit, rancang, gabungkan, dan tulis kegiatan dari berbagai media dengan cara yang menyenangkan dan merangsang kreativitas anak-anak. Pada saat yang sama, perhatian terhadap emosi meningkat dan studi psikologis telah dikembangkan yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional masih dalam tahap awal. Psikologi telah mempelajari bahwa otak berperan dalam berbagai aktivitas manusia:

kognitif, afektif (emosional, sosial), fisik (gerakan) dan intuitif (Clark, Hanna Widjaja, 1996). Oleh karena itu, semua sumber daya ini diperlukan untuk mencapai pembangunan holistik. Diyakini bahwa banyak masalah yang muncul dalam kehidupan nyata diselesaikan justru oleh fakta bahwa kecerdasan emosional sering digunakan untuk mendahului peralihan ke kecerdasan rasional (kecerdasan). Orang sering terpecah antara aktivitas yang memengaruhi otak dan aktivitas yang memengaruhi jantung. Mungkin nenek moyang kita banyak mengaktifkan kecerdasan emosional saat menghadapi tantangan lingkungan. Daniel Goleman, seorang ahli yang mempelajari kecerdasan emosional dalam bidang pengelolaan emosi atau emotional intelligence (EQ). Pendidikan seni yang terkait dengan visi ini, yang membutuhkan banyak emosi, intuisi, dan imajinasi, dapat menjadi cara yang bagus untuk mengembangkan kecerdasan emosional. Selain itu, pedagogi seni juga bisa menjadi semacam sumber daya (terapi) atau kesehatan jiwa untuk memperoleh kepuasan dan keberanian baru. Metode pendidikan emosional yang efektif harus memberikan kesempatan dan insentif yang memungkinkan siswa untuk bekerja dengan aman. meyakini

Tugas seorang guru seni sebenarnya cukup jelas dan tepat, namun tidak membuatnya kaku. Yang paling penting adalah Anda tetap fokus pada kebutuhan belajar siswa Anda. Tugas guru setidaknya mencakup lima tugas penting: (1) perencanaan pameran, (2) motivasi, (3) manajemen, (4) evaluasi dan (5) organisasi. Beberapa alat motivasi yang dapat digunakan guru di awal kelas seni meliputi: Motivasi, penemuan pengalaman pribadi (ingatan, asosiasi emosional), pengamatan langsung terhadap objek di lingkungan, menggabungkan ide dengan materi/media dan memperluas pengetahuan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun