Mohon tunggu...
Ris Tan
Ris Tan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Alumni Farmasi Universitas Indonesia dan Seoul National University.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Jam Masuk Sekolah: Secara Akademis dan Biologis

30 Maret 2014   21:00 Diperbarui: 9 Agustus 2016   09:12 5154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://themycenaean.org/wp-content/uploads/2013/06/Morehead_LateStartTime.jpg

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="http://themycenaean.org/wp-content/uploads/2013/06/Morehead_LateStartTime.jpg"][/caption] Ketika anak masih TK atau SD, peran orang tua menentukan waktu tidur tentu masih sangat besar. Tetapi seiring bertambahnya umur anak, terjadi pergeseran waktu tidur karena kematangan biologis dan faktor lingkungan seperti pengaruh orang tua yang makin memudar (dalam menentukan waktu tidur), makin bertambahnya beban PR dan tugas sekolah, dan juga aktivitas sosial anak. Intinya, jam tidur anak terus bergeser tetapi waktu bangun tidak berubah atau gilanya harus lebih pagi.

Waktu tidur yang cukup tentu sangat penting untuk perkembangan kognitif pelajar. Bila kurang tidur, yang terjadi adalah pelajar menjadi tidak dapat konsentrasi dan mengantuk di sekolah. Beberapa studi juga mengindikasikan pencapaian akademik pelajar yang kurang tidur lebih rendah dibandingkan mereka yang cukup tidur.


Hasil riset mengenai jam masuk sekolah

Pendapat mengenai pentingnya masuk sekolah 'agak siang' mulai marak sejak publikasi hasil penelitian Universitas Standford pada 1970 yang memaparkan bahwa pelajar berumur 10-17 tahun (demikian pula anak-anak usia SD) butuh tidur rata-rata  9.25 jam semalam untuk dapat tanggap secara optimal (Sleep1980, 2, 453-460; Sleep2002, 25, 606-614). Selain itu, masa puber secara alami memprogram tubuh untuk tidur satu jam lebih larut. Sekresi melatonin yang dimulai sekita jam 9.30 malam sebelum puber akan mulai disekresi 1 jam lebih larut pada masa puber. Walaupun melatonin tidak menginduksi tidur, tetapi melatonin merupakan pertanda alami bahwa tubuh siap untuk tidur. Jadi, secara biologis remaja pada masa puber siap tidur sekitar jam 11 malam dan otak mereka tetap dalam ‘tidur’ hingga jam 8 pagi (9 jam), terlepas dari jam mereka tidur.

Riset mengenai waktu masuk sekolah dimulai sekitar 18 tahun lalu (1996) ketika Edina High School di Minnesota menggeser waktu masuk sekolah dari 7.20 menjadi 8.30 pagi  dan Minnesota Public School menggeser waktu masuk sekolah dari 7.15 menjadi 8.40 pagi berdasarkan hasil studi terhadap remaja. Hasil dari pergeseran waktu masuk tersebut intinya menghasilkan: penurunan angka putus sekolah, penurunan tingkat depresi, dan nilai pelajar yang lebih baik. School Start Time Technical Report, University of Minnesota (1998-2001)

Perkinson-Gloor, et al. mempelajari efek tidur dan performa pelajar terhadap pergeseran waktu masuk sekolah selama 20 menit pada 343 pelajar. Hasilnya, pelajar yang memulai sekolah 20 menit lebih telat memperoleh tidur yang lebih cukup dan melaporkan berkurangnya rasa capek. Perlu diperhatikan bahwa tidur yang kurang menyebabkan capek yang akhirnya mengakibatkan pandangan hidup yang lebih negatif dan penurunan performa pelajar di sekolah. Journal of Adolescence2013, 36, 311–318

Boergers, et al. mensurvey pola tidur, kantuk, dan mood pelajar SMU sebelum dan setelah perubahan jam masuk sekolah (jam 8.00 menjadi 8.25). Hasilnya adalah peningkatan durasi tidur secara signifikan (29 menit). Jumlah pelajar yang tidur selama 8 jam atau lebih meningkat lebih dari dua kali lipat dari 18% menjadi 44%. Rasa mengantuk di siang hari, mood yang buruk, dan konsumsi kafein menurun secara signifikan. Ketika jam masuk sekolah dikembalikan seperti semula, durasi tidur kembali seperti semula seperti sebelum dilakukan studi. Kesimpulannya adalah penundaan jam masuk sekolah selama 25 menit berkaitan dengan peningkatan secara signifikan durasi tidur, mood, kantuk disiang hari, dan konsumsi kafein. J. Dev. Behav. Pediatr. 2014, 35, 11–17

Owens, et al. mempelajari efek penundaan 30 menit jam masuk sekolah (jam 8.00 menjadi 8.30) terhadap tidur, mood, dan perilaku remaja pada sebuah SMU di Rhode Island. Hasilnya adalah peningkatan sekitar 45 menit durasi tidur dengan jam tidur malam hari lebih cepat sekitar 7-29 menit. Jumlah pelajar yang tidur kurang dari 7 jam menurun hampir 80% dan pelajar yang tidur lebih dari 8 jam meningkat dari 16.4% menjadi 54.7%. Pelajar melaporkan peningkatan yang signifikan akan kepuasan tidur dan peningkatan motivasi. Rasa kantuk, lelah, dan mood buruk disiang hari menurun. Kesimpulannya adalah penundaan waktu masuk sekolah meningkatkan ketanggapan, mood, dan kesehatan remaja. Arch. Pediatr. Adolesc. Med.2010, 164, 608-614


Kesimpulan: Saatnya keselamatan, kesehatan, dan kualitas pendidikan anak menjadi prioritas

Masih terdapat beberapa studi lain yang mendukung kebijakan penundaan waktu sekolah ini. Lantas, setelah mengetahui penundaan waktu masuk sekolah BERMANFAAT UNTUK PELAJAR, apa yang susah dari pengubahan jam masuk sekolah? Setelah terbiasa selama bertahun-tahun lamanya dengan jam masuk sekolah yang sangat pagi, kebiasaan ini menjadi sulit sekali dirubah. Jam masuk sekolah tidak hanya menjadi kepentingan sekolah, guru, dan pelajar, tetapi lebih luas hingga ke komunitas sekitar termasuk orang tua, pengguna jalan, penjual jajanan, pebisnis, pemerintah, dan banyak lagi. Jam masuk sekolah telah dijadikan patokan ritme harian yang terkait dengan jam kerja dan jadwal harian banyak orang. Intinya, pengubahan jam sekolah, pro dan kontra, terlepas dari manfaat untuk remaja dan anak sekolah, telah menjadi kepentingan pribadi atas banyak orang.


Note: Bukannya tidak ingin mencari hasil penelitian dari dalam negeri atau negara sekitar, tetapi tidak ada yang bisa ditemukan kecuali dari negara-negara maju yang sejak belasan tahun lalu telah peduli dengan hal-hal demikian. Perlu diketahui sholat subuh menjadi hal yang tidak dipertimbangkan ditulisan ini. Jadi tolong jangan dikait2kan dengan agama ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun