Mohon tunggu...
Riris Namira
Riris Namira Mohon Tunggu... Lainnya - Riris Namira Hidayat

Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paradigma Hubungan Internasional dan Senjata Nuklir Korea Utara dalam Pandangan Realisme

14 Maret 2020   06:01 Diperbarui: 10 April 2020   21:30 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penulis: Riris Namira

Berbicara tentang Hubungan Internaional selalu dikaitkan dengan isu yang membahas tentang perkembangan perubahan negara-negara berdaulat di dalam sistem negara yang lebih besar yang menjelaskan bahwa ilmu hubungan internasional yang tradisional selalu membahas tentang "peace and war" dan juga tidak terlepas dari pendeketan Realism,Liberalism,Marxism,Construcktivism. Sudah cukup jelas bagaimana perbedaan dari Paradigma Hubungan Internasional.

Kaum Liberalisme yang dikenal sebagai perdamaian,menghindari perang dan bersikap optimis dengan Negara lain. sedangkan Marxism focus kepada ekonomi dapat mempengaruhi interaksi sosial dalam hubungan bernegara,Kaum Marxism mengganggap perekonomian keuntungan bagi semua.

Marxisme melihat perekonomian sebagai tempat eksploitasi manusia dan kesenjangan atau adanya perbedaan kelas.

Dan konstruktivisme  fokus pada social,peran norma, institusi, identitas dan budaya dalam melihat  dunia internasional. Lalu bagaimana dengan Realisme? Berikut penjelasannya.

REALISME

Realisme adalah suatu condong kepada konfliktual dan kompetisi dan pemeran utamanya adalah Negara.  "states are the principle or most important actors" Teori realisme HI yang muncul terinsipirasi dari beberapa filsuf klasik seperti Machiavelli,Thucydides, dan Thomas Hobbes. Thommas Hobbes dalam Leviathan mengatakan bahwamanusia adalah serigala bagi serigala yang lain.

Manusia dalam pemenuhan kepentingannya akan selalu berkonflik satu sama lain. Dengan begitu manusia akan menumpahkan darah manusia lain untuk memenuhi kepentingannya. Berbeda arah dengan liberalism yang optimis terhadap Negara lain.

Menurut saya dalam kaca mata Realism selalu tidak percaya,pesimis terhadap Negara-negara lainnya. Karena kaum Realisme percaya Negara akan mengejar kepentingan dengan cara memperkuat power yang dimiliki. Karena itu kaum realis sendiri selalu memperkuat Negara mereka dengan power, militer dan keamanan yang sangat kuat karena realis sadar bahwa suatu Negara berkerjasama dengan Negara lain adalah hanya untuk memperlihatkan kekuasaan, tidak mentup kemungkinan kaum realis ini untuk bekerjasama dengan Negara lain asalkan dengan tujuan yang sama dan membentuk suatu aliansi. Namun pada kenyataannya suatu yang selalu berusaha memperkuat power akan membuat security dilemma baik didalam Negara sendiri maupun Negara lainnya. Security dillema adalah keadaan dimana ketika kita meningkatkan power (misal dalam bidang militer) negara kita, ada dua kemungkinan yang didapat:

(1) negara kita bertambah aman karena bertambah kuat dan

(2) negara kita malah terancam karena negara lain akan menganggap kekuatan yang bertambah tersebut sebagai sebuah ancaman. Inilah yang kemudian menimbulkan perlombaan kekuatan militer (arms race) antar negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun