Pada senin 21 november 2022 yang lalu terjadi bencana gempa berkekuatan magnitudo 5,6 di kabupaten Cianjur,Jawa Barat.Akibat dari bencana gempa ini mengakibatkan 56 korban meninggal dunia dan ratusan warga mengalami luka-luka.Â
Guncangan gempa tersebut dirasakan sampai dengan daerah Jakarta dan juga Banten. Dugaan penyebab dari terjadinya gempa tersebut yaitu gerakan yang terjadi di Cimandiri.Â
Kepala gempa bumi dan Tsunami BMKG mengatakan gempa tersebut merupakan gempa yang berjenis dangkal.Hal tersebut sudah dianalisis dari lokasi episenter dan kedalaman hiposentrumnya. Bahkan setelah gempa tersebut terjadi,ada lagi gempa-gempa susulan berikutnya yang melanda daerah tersebut.
BMKG mencatat terjadi 125 kali gempa susulan yang terjadi di Cianjur.Gempa susulan terbesar yang terjadi M 4,2 dan yang terkecil M 1,5,hingga kini masih banyak  warga yang harus mengungsi lantaran tidak mempunyai tempat tinggal lagi. Banyak saluran bantuan yang diberikan oleh beberapa pihak yang berupa pakaian,obat-obatan hingga makanan.Â
Namun bantuan makanan yang diberikan merupakan makanan cepat saji seperti contohnya mie instan. Namun hal itu menjadi suatu persoalan yang dimana korban bencana yang sedang mengungsi tidak terima bahkan melakukan  penolakan  terhadap mie instan yang diberikan, karena merasa makanan tersebut tidak pantas dengan alasan dapat menimbulkan penyakit berkelanjutan(penyakit lambung) bahkan kasus tersebut sempat viral di salah satu akun media sosial tiktok yang mengatakan "Bantuannya kebanyakan mie instan, gimana dengan lambung mereka ya Allah" tulis pemilik akun dalam sebuah video yang diunggah.Hal tersebut menjadi semakin meluas.Â
Bukan mendapat empati,hal tersebut menjadi kritik warganet,yang mengatakan bahwa masyarakat Cianjur kurang merasa bersyukur terhadap bantuan yang telah diberikan dan kurang bisa memahami kondisi yang masih darurat yang mengharuskan para korban mendapatkan makanan siap saji yang dapat disajikan dengan mudah. Bahkan masalah tersebut menjadikan warganet semakin kesal dan bahkan emosi dengan penolakan tersebut.Â
Salah satu penyumbang yang merupakan anak rantau mengatakan bahwa ia rela menyumbangkan uang jajannya demi berbagi dengan korban bencana Cianjur,mendengar penolakan tersebut ia merasa kecewa dan sedih karena merasa pemberiannya dan pengorbanannya ditolak.
Kepedulian berbagai pihak yang menyalurkan bantuan adalah hal yang perlu disyukuri,yang dimana pihak tersebut juga telah berusaha mengumpulkan dana dari sumbangan masyarakat  untuk dijadikan suatu sumbangan yang disalurkan berupa pakaian,makanan,dan juga obat-obatan kepada korban bencana.Â
Mungkin persoalan tentang penolakan tersebut merupakan hal yang salah ,yang dimana pihak penyalur sudah memilih alasan mengapa mie instan menjadi makanan yang diberikan kepada para korban.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H