Pada zaman kerajaan dahulu kala (eh, sekarang juga masih ada kerajaan ya), sosok seorang Raja (King) yang didambakan oleh rakyatnya adalah sosok yang cerdas, berani, serta arif bijaksana. Walau kenyataannya tidak semua Raja seperti itu, tetapi setidaknya itulah dambaan masyarakat di kerajaan tersebut.
Tetapi yang sering terlupakan adalah, siapakah yang berada di belakang layar yang bertugas untuk mendidik sang Pangeran agak kelak mampu menjadi Raja yang cerdas, berani, serta arif bijaksana tersebut. Setelah sang Pangeran menjadi Raja, orang ini juga menjadi tempat bertanya dan diskusi mengenai berbagai persoalan kenegaraan.
Tetapi walaupun demikian, orang itu tetap berada di belakang layar. Inilah yang kita kenal dengan istilah theKing Maker.
Pada zaman sekarang ini, King Maker adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang yang berada di belakang layar yang tugasnya menyiapkan para pemimpin melalui berbagai proses pendidikan, dan sekaligus biasanya menjadi tempat bertanya dan diskusi sang Pemimpin (Leader) untuk memecahkan berbagai persoalan.
Siapakah mereka? Profesi yang relevan dengan ini adalah guru, dosen, konsultan, staf ahli, dan penasehat. Profesi-profesi ini jauh dari hingar-bingar, dan biasanya berada di belakang layar. Cahayanya biasanya akan tertutup oleh cahaya si Pemimpin yang memang menjadi matahari.
Seorang King Maker harus tetap mampu menjaga obyektivitas dalam pemikiran karena dia akan ditanyai pendapat oleh si Pemimpin atau Raja (King) mengenai banyak hal. Tentu saja karena banyak bergaul dengan bergaia persoalan nyata hari demi hari, seorang pemimpin bisa saja tidak mampu memandang sesuatu dengan obyektif dan dia membutuhkan pandangan dari perspektif lain.
Pada saat itulah, seorang King Maker, apakah guru, dosen, konsultan, staf ahli, atau penasehat harus mampu memberikan pandangan yang obyektif dari berbagai perspektif.
Dengan demikian, sangatlah penting untuk mereka yang berprofesi sebagai guru, dosen, konsultan, staf ahli, atau penasehat untuk tetap menjaga sikap obyektif dan helicopter-viewdalam memandang setiap fenomena. Dia tidak boleh terjebak ke dalam pusaran yang menjadi ranah seorang King (Raja).
Jika sudah terbenam di sana, maka dikhawatirkan kemampuan analisis yang obyektif dan independen itu akan hilang, dan daya kritisnya dalam mencermati setiap persoalan juga hilang, minimal jauh berkurang.
Menjadi Pemimpin yang cerdas, berani, serta arif bijaksana itu tentu sangat mulia, tetapi tidak semua orang bisa berada di posisi seperti itu. Tetapi jangan salah, di balik seorang pemimpin yang cerdas, berani, serta arif bijaksana, pasti ada sosok di balik layar yang mampu berpikir independen, obyektif, dan tetap kritis kepada si pemimpin, dan itulah theKing Maker.
Salam
Riri