"Berapa buku dan artikel jurnal yang sudah dibaca tentang topik tersebut?". Itu yang sering saya tanyakan kepada para mahasiswa ketika mereka mulai berdiskusi dengan saya tentang topik penelitian untuk karya akhirnya.
Jika ada mahasiswa yang menjawab, sudah membaca sekian buku dan sekian artikel jurnal, maka pertanyaan berikutnya adalah, "Apa konstruksi pemikiran yang diperoleh dari semua yang dibaca itu?".
Kelihatannya para mahasiswa sudah paham kebiasaan saya yang satu ini. Bahkan sudah ada anggapan umum di kalangan mahasiswa, kalau belum membaca, sebaiknya jangan menghadap Pak Riri terlebih dahulu, kecuali untuk mendapat arahan awal untuk memulai penelitian.
Ya, saya mengasuh kelas tingkat S2, maka tentu saja pada tingkat ini para mahasiswa dituntut untuk membaca lebih banyak. Tidak hanya itu. Mereka harus mampu menyusun suatu konstruksi pemikiran dari semua yang dibaca dalam bentuk suatu kerangka pemikiran.
Membaca bukan hanya sekedar menghafal, tetapi sampai memahami, dan mampu menghubungkan antar literatur yang dibaca. Jadi aktivitas compare, contrast, criticize, concise dan contruct harus dilakukan selama membaca berbagai literatur.
Untuk para mahasiswa yang sudah memiliki pengalaman kerja, saya juga meminta mereka membandingkan pengalaman kerja itu dengan berbagai literatur yang mereka baca, sehingga akan memperkaya pemahamannya.
Untuk mahasiswa tingkat S2 memang tak ada ampun. Membaca dengan pemahaman yang mendalam adalah suatu keharusan! Terlalu besar taruhannya untuk bangsa ini jika para lulusan pascasarjana ternyata tidak banyak membaca.
Harga buku yang mahal tidak boleh menjadi alasan, karena semua kampus atau sekolah pasti memiliki perpustakaan. Jika jumlahnya koleksi bukunya terbatas, setidaknya bisa mengoptimalkan yang ada.
Untuk sekolah di wilayah tertentu yang terpencil dan tidak memiliki perpustakaan, ini tentu menjadi pe-er pemerintah untuk mengadakan perpustakaan di sana.
Hasil survei UNESCO pada tahun 2011 menempatkan Indonesia sebagai sebuah negara dengan tingkat minat baca yang rendah. Ini tentu sangat memprihatinkan. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tentu masyarakat Indonesia sangat paham dengan makna Iqro' sebagai wahyu pertama yang memerintahkan kita untuk membaca. Tentu ini maksudnya adalah membaca dalam pengertian yang luas.
Pada tahun 2017 ini, bagaimana kondisi Indonesia? Saya belum menemukan hasil survei terakhir. Tetapi walaupun demikian, gerakan meningkatkan minat dan kemampuan membaca secara nasional tetap harus dilakukan.