menjelang tengah malam sehabis gerimis
perempuan itu menelusuri lorong sunyi
angin malam menemaninya di jalanan basah
menyibak nakal rambutnya yang panjang
menebar rasa dingin di sekujur tubuhnya
ah, hanya angin yang menemani sunyinya
ada warna-warni lampu jalan
ada dentuman suara musik terdengar
ada gelak tawa orang di pinggir jalan
ada kepulan asap rokok menghangatkan malam
tetapi dia dipeluk dan diperkosa sunyi
tak kuasa meronta melepaskan diri
tak ada yang tahu suara hatinya
batinnya menangis!
hidup ini tidak adil!
kebenaran dibungkam!
kezaliman meraja-lela!
orang munafik bebas tertawa!
apakah dewi keadilan berselingkuh
dengan bandit jalanan?
apakah dewi cinta berselingkuh
dengan penjahat malam?
jangan-jangan
kebenaran itu hanya impian
keadilan itu hanya utopia
cinta hanya khayalan
dengan mata terpejam dia bertanya
mengapa keadilan selalu ada di jalan sunyi?
(jakarta -- 19/12/2015)
Juga ditayang di  blog pribadi saya di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H