Mohon tunggu...
Rizki arifiana
Rizki arifiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gaya Hidup Individualisme pada Masa Masyarakat Metropolitan

1 November 2016   17:39 Diperbarui: 1 November 2016   17:45 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada masa saat ini, telah menjangkit jiwa individualisme pada para masyarakat di indonesia, padahal suatu ciri khas di indonesia adalah “Bergotong Royong”, tetapi seperti saat ini yang terjadi pada  masyarakat pada realnya malah sebaliknya, masyarakat indonesia hidupnya yang sangat kompleks, kebanyakan orang yang berperilaku individualisme adalah orang yang dikenal sebagai orang egoistis dan egoisentris, karena kedua model individualishanya akan  mementingkan kehidupanya sendiri, tidak perduli dengan kehidupan orang lain.

Sifat  individualisme ini yang sangat menonjol yakni  terjadi di daerah perkotaan, nilai-nilai kehidupan dimasyarakat perkotaan telah tergerus oleh virus individualisme. Sifat individualisme ini telah lupa dengan kebudayaan turun-temurun dari leluhur kita yakni adalah “Gotong Royong”, adanya pengaruh dari globalisasi seseeorang memilki kehidupan dan dunianya sendiri, seperti yang kita tahu pada saat ini adalah zaman yang sangat moderen dan sangat maju pesat dunia seolah-olah dalam genggamanya mereka sendiri.karena sangat cepatnya arus globalisasi bisa sangat mudah mempengarui masyarakat diperkotaan, mereka lebih memilih kebudayaan negara lain, dibandingakn dengan kebudayaanya mereka sendiri. 

Masyarakat individualisme selalu beranggapan dimudahkan dengan teknologi pada masa kini dan tidak membutuhkan batuaan orang lain.   Karena  pada faktanya manusia tidak bisa hidup sendiri dan tanpa membutuhkan orang lain, karena pada hakikatnya manusia perlu dan bahkan sangat membutuhkan bantuan orang lain dan masyarakat individualisme  sangat lupa bahwa manusia adalah mahluk “sosial”. Masyarakt perkotaan jika berinterksi jika hanya ada kepentingan saja.

Sedangkan yang terjadi di masyarakat perkotaan yakni, memiliki jiwa kebersamaanya yang masih sangat minim, sangat jarang kita temui di dalam kehidupan perkotaan melakukan kegiatan gotong royong dan kerja bakti.karena mayarakat perkotaan leih individual dan sanag menonjol pada ekonomi, politik, dan pendidikan, dan masyarakat  sangat kurang untuk melakukan kegiatan  bersosialisasi pada masyarakat sekitar, dan akhirnya tidak saling tegur sapa meskipun beretemu atau tatap muka langsung, karena terlalu buruknya komunikasi antar tetangga dan bahkan tidak mengenalnya. Sehingga jika apabila ada salah satu  tetangganya yang sedang membutuhkan bantuan ataupun kesusahan kita tidak akan mengetahuinya, karena mereka hanya memprioritaskan kesengany sendiri.

Memang benar masyarakat individualisme tidak selalu buruk,tetapi manusia lupa jika pada hakikatnya adalah  mahluk sosial, kita harus bisa menempatkan diri terutama dalam kegiatan bermasyarakat atau bersosialisasi, sehingga kepentingan pribadi dan  kepentingan bersama  -sama bisa tercapai, bukan hanya memntingkan kepentingan sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun