Anggaplah postingan ini seperti rangkuman dari perbincangan tengah malam dengan wanita-wanita muda. Saya, dan dua teman penyuka tulisan.
Tengah malam dan kegiatan yang tak pernah hilang adalah membaca. Saya suka membaca, terlebih tulisan-tulisan yang sudah saya sukai diksi dan gaya bahasanya. Mereka seperti memiliki kekuatan magis yang membuat saya terkagum-kagum. Beberapa kali saya hanya bisa berangan bagaimana menjadi mereka, menulis dengan sangat luar biasa dan menyebabkan orang lain menggelengkan kepala, bahkan jatuh cinta. Ada rasa iri yang harus diakui secara alami sebagai penyakit hati, bahwa saya belum pernah bisa seperti mereka meskipun telah banyak waktu yang saya gunakan untuk mencoba. Saya merasa penulis itu seolah begitu mudah dicintai. Mungkin secara tidak sadar, dulunya, saya menjadikan itu salah satu alasan untuk memutuskan belajar menulis. Selain alasan karena saya benar-benar menyukai rangkaian kata dan kalimat yang memang enggan saya bagi berwujud pesan lisan pada orang sekitar.
Dari sekian banyak penulis wanita yang saya tahu, saya selalu jatuh cinta padanya. Aman saja, karena saya juga wanita. Bagaimana jika kenyataannya saya lelaki? pasti sulit sekali memutusan mana yang hatinya benar-benar akan saya cintai. Menulis itu terkadang seperti meluapkan rasa yang sedang bergejolak dan mengusikmu siang dan malam, lalu dengan tujuan untuk menceritakan pada orang-orang yang tak benar-benar tahu siapa kita. Dan pembaca, adalah tempat curhat yang sama sekali tak terduga.
Saya berpikir, jika benar penulis itu adalah orang yang mudah dicintai, berarti saya belum menjadi penulis. Sambil tertawa dalam hati, saya merasa sedang dihakimi. Konyol saja jika saya sudah mengaku telah menjadi penulis namun tak ada tanda-tanda ada yang jatuh hati. Hahaha. Sekali lagi, jatuh hati bukan berarti harus menjadi pasangan yang kemudian membangun rumah tangga. Menurut saya jatuh hati itu sekadar mengagumi dan mencintai bagaimana dia terlihat. Setidaknya ada yang jatuh hati pada pikiran saya, yang tanpa pura-pura mengakuinya, bahwa saya sangat jauh dari sempurna namun ia tetap memilih untuk tertawa dan menghabiskan waktu bersama. Andai menemukannya semudah membicarakannya. Membicarakan mereka siang dan malam dengan kedua teman saya ini tentang siapa orang yang pada akhirnya kurang beruntung jatuh cinta pada kita yang jauh dari sempurna. Meski dengan meringis tipis tapi kami mengakui bahwa bagi mereka, tentu jatuh cinta tak begitu saja menerima seorang wanita yang sudah terang-terangan menyimpan rasa. Seperti kami bertiga. Wanita-wanita yang menunggu dijatuhi cinta.
Juli 2014
Tulisan ini pernah diposting di akun Tumblr saya, sebenarnya ini tentang curhatan para penulis dara, tidak ada maksud tertentu saat menulisnya, semoga tidak banyak yang mengambil kesan berlebihan dari tulisan ini, anggaplah sebagai racau tengah hari.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H