Mohon tunggu...
Ririn Ernawati
Ririn Ernawati Mohon Tunggu... Guru - guru PAUD

baca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diklat Wawasan Kebhinekaan Global untuk Mewujudkan Guru Profesional Serta Profil Pelajar Pancasila

19 Januari 2024   17:00 Diperbarui: 19 Januari 2024   17:02 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Kls_23_0187_Pendidikan Guru PAUD (PG-PAUD)-002

Dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak dapat dipisahkan dengan adanya keberagaman dalam semua aspek kehidupan. Menjawab tantangan ini maka Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM)) menggelar Diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) secara daring yang dilaksanakan pada hari Minggu, 14 Januari 2024 mulai dari pukul 07.00 hingga 16.30 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa PPG Dalam Jabatan Kategori 1 Angkatan 3 Tahun 2023. Mahasiswa PG-PAUD Kelas 002 yang berjumlah 30 orang berasal dari berbagai wilayah di Jawa Timur mengikuti jalannya kegiatan WKG (Wawasan Kebhinekaan Global) dengan sangat antusias. Diklat ini memiliki 5 topik bahasan diantaranya yaitu Topik 1 "Kebhinekaan Global", Topik 2 "Kebhinekaan Indonesia". Topik 3 "Damai dengan Diri", Topik 4 "Sekolah Bhineka", dan Topik 5 "Sekolah Damai". Materi diklat ini disampaikan oleh Dosen PPG Dalam Jabatan Program Studi PG-PAUD yaitu Bapak Drs. Tomas Iriyanto, M.Pd bersama Ibu Dr. Eny Nur Aisyah, M.Pd dan di Moderatori oleh Ibu Rosyi Damayani Twinsari Maningtyas, S.Psi, M.Pd.

Topik 1 bertajuk "Dunia Yang Berwarna tentang Kebhinekaan Global" menggambarkan bahwa Tuhan menganugerahkan keberagaman kepada kita untuk saling melengkapi. Adanya perbedaan suku, agama, ras, jenis kelamin, warna kulit bahkan keragaman bahasa dan lainnya menjadikan dunia penuh warna yang patut kita syukuri. Keragaman adalah takdir dan kuasa Tuhan, keragaman atau perbedaan ada supaya antar yang berbeda bisa saling berjumpa dan menyapa, saling belajar dan bertanya, saling melengkapi satu dengan lainnya, untuk berkolaborasi memakmurkan dunia, sebagai anugerah terindah dari Tuhan untuk segenap yang bernyawa.

Keragaman tingkatkan kecerdasan Dan menjadikan lebih Pintar

 Tantangan toleransi di dunia global kita tidak bisa memungkiri dengan banyaknya keberagaman di dunia akan memunculkan hal yang tidak mengenakkan bahkan cenderung miris, ditengah kehidupan yang keindahan dalam keberagaman akan ada sikap intoleransi dan diskriminatif, Solusi dari dari tantangan penyemaian nilai-nilai tolerasi dalam konteks global.

Topik 2. Negeri Penuh Harmoni Tentang Kebinekaan Indonesia Quote: "Negeri ini, Republik Indonesia, bukanlah milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu kelompok etnis, bukan juga milik suatu adat-istiadat tertentu, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!" (Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno) Makna toleransi: toleransi mahal dan toleransi murah Moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman agama di Indonesia. Moderasi merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring, dan tidak saling menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local wisdom). Tidak saling mempertentangkan namun mencari penyelesaian dengan toleran. Moderasi beragama sangat erat terkait dengan menjaga kebersamaan dengan memiliki sikap 'tenggang rasa', sebuah warisan leluhur yang mengajarkan kita untuk saling memahami satu sama lain yang berbeda dengan kita. Sumber: Akhmadi, A. (2019). Moderasi Beragama dalam Keragaman Indonesia. Inovasi-Jurnal Diklat Keagamaan, 13(2), 45-55. https://bdksurabaya.e-journal.id/bdksurabaya/article/download/82/45  

Nilai Moderasi

Hal ini dapat dilihat dengan merujuk pada rumusan para ulama dalam KTT Bogor yang menyepakati 9 (sembilan) nilai moderasi beragama yaitu: Moderat (jalan tengah), Adil (berperilaku proporsional dan adil dengan penuh tanggungjawab), Toleransi (mengakui dan menghormati perbedaan),Musyawarah/konsensus), Reformatif,Inisiatif mulia, Muwathanah/citizenship (mengakui negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan).Ada dua nilai lagi yang disinggung oleh Kementerian Agama dalam buku saku moderasi beragama yaitu (a). anti kekerasan, dan (b). ramah budaya. https://www.nu.or.id/post/read/90208/bogor-message-dan-kembalinya-moderasi-islam Maka sangat penting bagi Indonesia kembali memasukkan profil pelajar pancasila dalam kurikulum pendidikan sekolah sehingga menjadikan generasi penerus Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila yang mengedepankan sikap toleransi antar sesama tanpa meninggalkan identitas diri sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi 'NKRI harga mati.

Topik 3 : Topik ini bertajuk Berdamai dengan Diri.

Mengapa Damai harus di mulai dari Diri kita.Tentu jawaban itu terletak pada faktor ketidakmampuan kita bagaimana untuk bisa mengendalikan diri hawa nafsu / ego sendiri.Naluriah secara kodrati manusia selalu memiliki rasa lebih tinggi,berkemampuan bahkan ingin menang sendiri.Namun rasa itu akan terkikis manakala kita bisa memperkuat sikap cinta,kasih sayang,dan rasa welas asih,sikap damai dan bersedia hidup saling mengenal dan menghargai dan membuka diri untuk hidup saling berdampingan tanpa melihat segala perbedaan agama,ras,suku dan golongan. Kedamaian itu erat kaitannya dengan rasa mencintai. Menurut Nelson Mandela, seorang tokoh perdamaian dunia asal Afrika yang berkeyakinan bahwa setiap orang lebih mudah diajarkan cinta kasih, daripada diajarkan hidup saling membenci, beliau berkata "Tidak ada orang yang lahir untuk membenci orang lain karena warna kulit, latar belakang, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci. Dan jika mereka dapat belajar untuk membenci, maka mereka juga bisa belajar untuk mencintai karena cinta datang lebih alami ke hati manusia daripada kebalikannya". Dan di mata tokoh antikekerasan dunia asal India Mahatma Gandhi, gerakan antikekerasan itu harus dimulai dari dalam diri kita sendiri.

Konsep 1: Kita mahluk dengan banyak identitas 

Di dunia ini tidak ada orang yang mempunyai wajah yang persis dan sama.Sekalipun di ibaratkan bagai pinang terbelah dua,pasti tampak jelas perbedaan diantara keduanya.Tuhan menciptakan manusia dengan memberikan kemampuan khusus secara berbeda.Dengan berbagai perbedaan yang ada ,janganlah itu menjadi suatu alasan kita untuk bercerai berai,tapi jadikan perbedaan tersebut sebagai warna lika liku kita untuk bersatu. Sesuai dengan semboyan Bangsa Indonesia "BHINEKA TUNGGAL IKA" 

Konsep 2: Gunakan standar diri sendiri

Mencintai diri sendiri bukanlah suatu tindakan egois.Justru dengan sikap mencintai diri,kita bisa menjalani hidup lebih baik,membenahi seluruh perilaku yang tidak baik dalam diri kita yang akhirnya akan memberikan nuansa cahaya baru dalam kehidupan kita.Terkadang kita harus berkorban demi menyenangkan orang sekitar.Namun,di saat kita telah membuat mereka senang dengan standar hidup yang mereka tetapkan.Di satu sisi kita merasa bukanlah diri kita yang sebenarnya.Maka pasti akan terbenak bahwa selama ini kita hanya hidup untuk diri orang lain bukan semata untuk diri kita sendiri.Dari sisnilah kita akan sadar bahwa hanya diri kita yang bisa memahami dan memberi kebahagiaan yang tidak semua orang lain bisa berikan. 

Konsep 3: Welas asih pada diri(self compassion) 

Self-compassion adalah sikap kasih sayang atau kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi masalah dalam hidup serta menghargai segala bentuk penderitaan, kegagalan, dan kekurangan diri sebagai bagian dari hidup setiap manusia.Cara ini akan membuatmu tidak membedakan perlakuan kepada diri sendiri dan orang lain. Kristin Neff, psikolog Universitas Texas di Austin, mengembangkan self-compassion scale yang hampir selalu digunakan dalam penelitian tentang self-compassion. Neff (2003) menjelaskan bahwa self-compassion terdiri dari enam komponen. 

(1). Self-Kidnes : kemampuan seseorang untuk memahami dan menerima diri apa adanya.

(2). Self Judgement : Kemampuan lebih cenderung menghakimi dan mengkritik diri sendiri. (3). Common Humanity : individu memandang kesulitan, kegagalan, dan tantangan merupakan bagian dari hidup manusia. (4).Isolation : individu mengalami segala bentuk kesulitan sendirian dan bertanggung jawab sendiri atas segala bentuk kesulitan yang dialami sehingga akan mengisolasi diri dari orang lain. (5).Mindfulness : Individu mengetahui dan mengerti apa yang sebenarnya dirasakan. (6). Over Identification : Individu terlalu fokus pada keterbatasan diri sehingga pada akhirnya menimbulkan kecemasan dan depresi. 

TOPIK 4 : Topik ini bertajuk pada"Sekolahku yang Bhineka"Keragaman di sekolah 

Kesimpulan dari topik ini adalah Keragaman siswa dalam hal suku,agama,budaya, dan latar belakang membentuk lingkungan yang kaya dan berwarna,sekolah yang merangkul keberagaman cenderung menerapkan pendekatan inklusif dalam pendidikannya hal ini berarti memberikan kesempatan yang sama dan mendukung semua siswa tanpa memandang perbedaan mereka.Keberagaman di sekolah juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar satu sama lain tentang budaya mereka masing-masing,memahami nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan .Sekolah yang merayakan keberagaman memberikan kontribusi positif dalam mempersiapkan siswa untuk sukses di masyarakat global.

TOPIK 5 : Sekolahku yang Damai 

Sekolah adalah rumah kedua dimana anak-anak membentuk jati diri dan merajut masa depannya, di ruang-ruang sekolah inilah anak-anak bertumbuh seperti kuntum bunga di musim semi, lingkungan sekolah haruslah menjadi media tanam yang mendukung terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Untuk menjaga kedamaian sekolah kita harus meningkatkan kapasitas dan mengurangi kerentanan, dengan demikian maka resiko akan menjadi lebih kecil. Sekolah damai adalah sekolah yang aman dan menyenangkan dan menciptakan budaya damai dengan memenuhi hak anak.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun