Mohon tunggu...
ririn d puspita
ririn d puspita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Teman Sebaya terhadap Kepatuhan Santri dan Pembentukan Kepribadian Diri di Pondok Pesantren

11 November 2022   23:35 Diperbarui: 11 November 2022   23:34 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan formal dengan peserta didik yang lebih dikenal dengan sebutan santri memiliki salah satu keunikan yaitu santri belajar dan tinggal di dalam asrama yang disediakan oleh pihak pesantren. Santri yang belajar di pondok pesantren berada pada rentang usia remaja dengan karakteristik yang berbeda-beda. Sama halnya dengan remaja pada umumnya, santri juga memiliki permasalahan umum yang sering dihadapi salah satunya adalah masalah kepatuhan terhadap aturan.

Santri yang tinggal di dalam pondok pesantren dihadapkan pada sejumlah tata tertib dan peraturan yang harus dipatuhi yang berbeda dengan tata tertib sekolah pada umumnya. Ketatnya kedisiplinan yang ditegakkan oleh pengurus pondok pesantren membuat santri terkadang merasa terbebani oleh tata tertib tersebut. Peraturan yang diterapkan meliputi tata tertib terkait kegiatan dan kebutuhan sehari-hari, seperti kewajiban datang tepat waktu di sekolah, kewajiban berkomunikasi dalam bahasa Arab atau Inggris di lingkungan pesantren, larangan membawa dan menggunakan handphone ketika berada di lingkungan pondok pesantren, larangan bergaul dengan lawan jenis, kewajiban mengikuti sholat berjama'ah di masjid, larangan keluar dari asrama tanpa perizinan, tidak boleh terlambat kembali ke pondok pada saat jadwal keluar kompleks, kewajiban pemakaian baju panjang baik seragam maupun pakaian sehari-hari, dan lain sebagainya. Selain itu, semua santri diwajibkan untuk melakukan sholat wajib lima waktu berjam'ah di masjid. Jika ada santri yang tidak melakukan sholat jama'ah di masjid maka akan mendapatkan sanksi atau hukuman tertentu dari pengurus. 

Dilansir dari Proceeding Seminar Nasional, berdasarkan data yang diambil pada santri di pondok pesantren modern "X", diperoleh hasil sebanyak 71,43% santri menunjukkan ketidakpatuhan terhadap aturan ditandai dengan pelanggaran yang dilakukan seperti keluar tanpa izin, bergaul dengan lawan jenis, tidak menggunakan bahasa resmi (Arab dan Inggris) dalam kegiatan harian, tidak mengikuti sholat jama'ah di masjid, dan membawa barang elektronik. Di sisi lain sebanyak 28.57% santri menaati peraturan dengan baik atau disiplin. Banyaknya pelanggaran yang dilakukan santri merupakan wujud dari pelampiasan emosi  yang dirasakan santri khususnya dalam rentang usia remaja. 

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan santri terhadap aturan adalah pengaruh teman sebaya. Lingkungan pondok pesantren yang mewajibkan setiap santri tinggal di asrama dan jauh dari orangtua menjadikan santri menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Teman sebaya memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan remaja baik secara emosional maupun sosial.

Kehidupan di pondok pesantren menjadikan santri lebih cenderung berorientasi kepada teman sebaya. Sehingga setiap perilaku yang ditunjukkan merupakan wujud dari perilaku yang juga dilakukan oleh teman sebaya. Teman sebaya yang menunjukkan perilaku positif dengan menaati aturan yang diterapkan membuat santri berperilaku sama dengan menunjukkan kepatuhan yang sama terhadap aturan. Sedangkan teman sebaya negatif yang melakukan pelanggaran aturan membuat santri juga akan melakukan pelanggaran yang cenderung sama.

Teman sebaya dengan perilaku negatif menjadi alasan bagi santri menunjukkan ketidakpatuhan terhadap aturan yang ditandai dengan pelanggaran aturan, dimana santri berperilaku sama sesuai dengan kelompok teman sebayanya. Kesamaan perilaku dengan teman sebaya merupakan usaha remaja untuk menjalin hubungan baik dengan teman sebaya agar diterima oleh kelompoknya, dengan cara berusaha untuk mengikuti pola perilaku di dalam kelompok. Pola kehidupan 24 jam di pondok pesantren bersama dengan teman sebaya membuat santri merasa nyaman dan membentuk suatu kedekatan dengan teman sebaya secara kuat. Kuatnya hubungan ini membuat remaja banyak terpengaruh oleh pola perilaku teman sebaya. 

Kelompok teman sebaya berpotensi untuk menghilangkan pengaruh positif dari orangtua dan guru sehingga mampu mengembangkan perilaku menyimpang atau kenakalan remaja seperti ketidakpatuhan yang ditunjukkan oleh santri di pondok pesantren.

Santri yang berada pada usia remaja memiliki kecenderungan untuk membentuk kelompok teman sebaya yang akan mempengaruhi perilaku anggota kelompok. Teman sebaya dalam kelompok tersebut melakukan kegiatan yang sama sesuai dengan kesenangan dalam kelompok. 

Teman sebaya tidak hanya memberikan pengaruh negatif bagi santri, namun teman sebaya juga dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah yang positif. Lingkungan teman sebaya positif dan dukungan yang diberikan teman sebaya dapat membantu santri untuk berperilaku patuh dan disiplin terhadap aturan di pondok pesantren, selain itu dukungan teman sebaya mampu meningkatkan kepatuhan santri terhadap aturan.

Dukungan yang diberikan teman sebaya membuat siswa mampu untuk menghindari pengaruh negatif teman sebaya. Dukungan teman sebaya mampu membuat siswa tidak terpengaruh oleh ajakan teman untuk keluar kompleks pesantren dan juga tidak takut diolok-olok teman lain apabila menaati peraturan, serta tidak takut dikucilkan oleh teman lain apabila menaati peraturan sehingga siswa dapat menolak pengaruh negatif dari teman sebaya.

Hubungan antara teman sebaya dengan kepribadian remaja sangat besar pengaruhnya, di mana kepribadian seseorang dapat terbentuk dari proses sosialisai dengan teman sebaya. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya di mana remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang popular, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obata terlarang atau merokok, maka remaja cenderung mengikuti tanpa memperdulikan perasaan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun