Wilayah Indonesia yang terletak di Khatulistiwa serta diantara dua benua dan lautan menyebabkan terjadinya kondisi cuaca, iklim, dan alam yang khas bagi Indonesia.Selain itu, gugusan pulau besar dan kecil membawa dampak pada fenomena meterooogi, klimaologi, dan geofisika yang tidak sama di setiap tempat.
Tak hanya itu, dengan posisi Indonesia yang dilalui oleh 3 patahan yang bergerak saling mendekati serta terdapat beberapa sesar aktif menjadikan Indonesia rentan terhadap gempa bumi dan tsunami.
Memang kita tidak bisa menghindar dari bencana alam, tetapi kita bisa meminimalisir dari resiko bencana. Terkadang timbulnya bencana seringkali dikaitkan dengan 1)ketidak pahaman masyarakat terhadap karekteristik terjadinya bencana, 2) tidak tersedianya sistem peringatan dini yang handal,3)ketidakberdayaan masyarakat dalam bencana, dan 4)semakin rentannya daya dukung alam.
Kondisi inilah yang menjadikan ketersediaan infrmasi di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang akurat dan berkelanjutan sangat dibutuhkan masyaraka agar dapat mendayagunakan dinamika-dinamika cuaca, iklim, dan beradaptasi terhadap kondisi yang rawan gempa untuk meningkatkan kualitas hidup, keselamatan, dan kesajahteraan masyarakat.
Menyadari akan kondisi inilah, BMKG terus beupaya meningkatkan layanan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Salah satu yang dilakukan BMKG adalah membagun pusat peringatan dini siklon tropis (Tropical Cyclone Warning Centre) yang merupakan bagian dari sistem peringatan dini cuaca (Meterological Early Warning System/MEWS).
Kita tak jarang sering mendengar pemberitaan terkait kondisi cuaca  yang ekstrim, seperti gelombang timuran, siklon tropis, gebos (squall), dan badai Guntur (thunderstorm). Melalui sistem MEWS inilah,  BMKG terus berupaya menyampaikan informasi peringatan dini cuaca sebagai langkah antisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi akibat dari cuaca ekstrim di Indonesia.Â
Beruntung, Indonesia Tidak Disinggahi Siklon Tropis
Kita mengenal beberapa nama siklon tropis yang sering terjadi, seperti Magda, Lorenz, Inigo, Melor, dan Durga. Badai siklon tropis ini dalam istilah ilmiahnya disebut tropical cyclone (siklon tropis). Hujan deras disertai angin yang sangat kencang sekitar 125 km/jam dan gelombang pasang merupakan dampak dari siklon tropis.
 Sebagai informasi, siklon tropis merupakan sebuah pusat tekanan rendah yang terdapat sirkulasi angin berputar di sekitar pusat siklon dengan kecepatan diatas 34 knot atau sekitar 65 km/jam. Siklon itu sendiri terbentuk dari sebuah tekanan rendah dan "hidup" dari uap air yang berasal dari penguapan permukaan air laut hangat sekitar 270C. Hidup siklon berbeda-beda tergantung dimana siklon itu tumbuh dan ketersediaan uap air. Ada yang hidup 36 jam dan 2 minggu. Pada setiap belahan bumi terdapat pemaknaan istilah siklon tropis yang berbeda, misalnya pada belahan bumi selatan, yaitu siklon tropis, di belahan bumi utara menyebutnya  dengan taifun, dan pada Atlantik, disebut hurricane.
Pemberian nama siklon yang terjadi berbeda-beda tergantung pada lokasi tempat siklon terjadi, misalnya Lorenz yang terjadi di Benua Australia dan Anggrek yang terjadi pada januari 2010 Â di wilayah Indonesia.
Indonesia yang terletak di daerah ekuator hanya terkena dampak tidak langsung dari siklon karena siklon tropis menjauhi ekuator. Tetapi, Bibit-bibit siklon tropis berawal dari daerah disekitar ekuator, misalnya muncul di Laut Timor  yang kemudian tumbuh dan bergerak ke selatan menjauhi ekuator. Walaupun kita terkena dampak dari ekor siklon tropis, yaitu hujan deras disertai angin kencang, tetapi tidak sedahsyat dampak lagsung siklon tropis.