Mohon tunggu...
Dwi Rini Endra Sari
Dwi Rini Endra Sari Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta...smp-kuliah di Jogja kembali lagi ke Jakarta untuk mengabdi kepda negara di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpuasa di Tengah Galaunya Musim Kemarau, Siapa Takut?

21 Mei 2018   13:43 Diperbarui: 21 Mei 2018   13:48 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Ramadhan merupakan moment yang istimewa bagi umat islam di dunia karena Ramadhan merupakan tamu yang datang menyapa umat muslim di dunia tiap satu tahun sekali. Ketika bulan Ramadhan akan menyapa kita, tidak sedikit dari masyarakat muslim di dunia pun menyambut kedatangan tamu istemewa itu dengan tradisi dan budaya mereka.

Pada bulan Ramadhan, seluruh umat muslim dunia menjalankan ibadah puasa untuk tidak makan dan minum mulai dari waktu subuh hingga waktu berbuka puasa, yaitu pada adzan magrib dikumandangkan. Namun, apakah hanya menahan untuk tidak makan dan minum pada bulan puasa? Justru, hal yang paling sulit adalah mengelola emosi kita untuk menahan agar tidak hanyut pada perasaan kita yang berbuah sikap dan perilaku yang dapat mengurangi pahala dan membatalkan puasa.

Terkadang kita tidak sadar telah terhanyut pada keegoisan perasaan kita yang dipengaruhi dari kondisi di sekeliling kita, seperti sikap dan perilaku dari orang-orang sekitar kita yang bertentangan dengan diri kita dan bahkan kondisi cuaca yang tidak menentu pun dapat mempengaruhi mood serta emosi kita. Jika kita terlena pada hal-hal ini dan tidak segera memangkas emosi negatif kita, tentunya dapat membuahkan sikap dan perilaku yang dapat mengurangi pahala berpuasa dan dapat membatalkan puasa kita.

Sebagian besar wilayah Indonesia telah menyambut datangnya musim kemarau dan mengatakan selamat tinggal musim hujan. Bahkan, ada beberapa wilayah yang telah menujukkan tanda-tanda musim kemarau datang menyapa wilayah Indonesia, seperti daun-daun kering berwarna cokelat yang jatuh berguguran ke tanah dan suhu udara yang panas dengan sengatan sinar matahari yang terik. Datangnya awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia bebarengan dengan puasa Ramadhan 1439 H.

Walaupun telah memasuki awal musim kemarau, tidak jarang hujan masih datang menyapa. Kondisi ini tentunya menjadi tantangan untuk tidak menyurutkan langkah kita untuk tetap berpuasa. Lantas bagiamana kondisi cuaca dan iklim saat menjalankan aktivitas ibadah puasa?.

Kondisi inilah yang menjawab, pertanyaan yang muncul di tengah-tengah masyarakat, musim kemarau, tetapi mengapa masih terjadi hujan lebat disertai angin kencang dan petir?

Seperti relase yang telah disampaikan BMKG bahwa pada Maret 2018 lalu, menyebutkan  bahwa Awal musim kemarau terjadi pada April, Mei, dan Juni 2018, sebanyak 81,8 %. Hingga awal April, daerah yang sudah memasuki kemarau adalah Provinsi NTT, NTB, DIY, Riau, Sumatera Utara, dan Aceh. Kemudian merambat perlahan ke arah barat dan utara ke Pulau Jawa, sebagian Sulawesi, sebagian Kalimantan, dan Sumatera yang memasuki awal kemarau secara umum di bulan Mei. Begitu juga untuk sebagian Papua.

 Sementara puncak musim kemarau 2018 diprakirakan terjadi pada Agustus-September 2018. Pada saat musim kemarau di wilayah Indonesia perlu diwaspadai untuk daerah-daerah yang rentan terhadap bencana kekeringan seperti NTB, dan NTT, Jawa Timur Jogya bagian Selatan, serta wilayah yang rentan Karhutla seperti Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalimantan.

Hujan lebat yang  masih terjadi  di beberapa wilayah, merupakan bagian dari masa transisi (masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau). Untuk itu, dihimbau masyarakat mewaspadai kondisi cuaca ekstrim pada masa transisi, seperti hujan lebat yang tidak merata. angin kencang serta petir Pada masa transisi, cuaca terik dari pagi-siang, menjelang sore-malam terjadi hujan lebat disertai angin kencang.

Sementara tahun ini,  cuaca yang adem mendukung umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Kondisi ini dikarenakan adanya pengaruh aliran massa udara basah dari Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera yang masuk ke wilayah Indonesia bagian Barat dan Tengah. Kondisi tersebut memberikan pengaruh terhadap pola cuaca dalam meningkatkan supplay uap air yang berkontribusi dalam pembentukan dan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian Barat dan Tengah.

Diharapkan kondisi cuaca yang adem ini, tidak mempengaruhi mood kita untuk enggan beraktivitas menjalankan ibadah puasa. Sementara kondisi cuaca yang terkadang panas dan hujan, tentunya menjadi tantangan kita untuk dapat menjalankan ibadah  puasa Ramadhan tahun ini 1439 H dengan lancar dan tidak mempengaruhi suasana hati dan kondisi tubuh kita saat berpuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun