Sabtu (13/2), menonton tayangan ulang Spesial Programnya Metro TV, "Gitu Aja Kok Repot, In Memoriam Gus Dur". Jadi tertarik dengan puisi Inayah Wulandari yang dibacakan untuk mengenang ayahnya, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Puisi yang diiringi petikan gitar dari musisi lawas, Ebiet G Ade. Puisi yang menggugah hati. Menandakan tak seorangpun anak yang bisa berdiri tanpa kasih sayang ayah. Puisi Inayah itu baru bisa ditranskrip hari ini. Tapi ada satu bait yang tak terecord karena rekaman di videonya tak jelas.... Bapak, boleh aku minta tolong diajari bantu aku memahami Karena bapak kan katanya Presiden paling pandai seantero negeri intelektualitasnya sudah diakui mbok ya, anakmu ini diajari memahami semua ironi ini Pak, kenapa mereka dulu selalu menghina mengatakan, presiden kok buta Padahal sebenarnya, bapaklah yang mengajari kita untuk melihat manusia seutuhnya tanpa embel2 jabatan atau harta suku atau agama tak peduli bagaimana rupanya Pak, mengapa dulu mereka melecehkan mengatakan presiden kok tidak bisa jalan sendirian --------- Rakyat Indonesia menuju demokrasi dan keadilan yang sesungguhnya Pak bisa tolong jelaskan kenapa orang-orang yang dulu bapak besarkan malah justru menjatuhkan menggigit tangan orang yang memberi makan apa mereka telah lupa akan apa yang bapak ajarkan bahwa hidup adalah pengabdian yang tak boleh meminta harta atau jabatan Pak, tolong beri kami jawaban lewat mimpi atau pertanda lewat simbol juga akan kudengar Pak, tolong pak tolong aku diajari (saksikan dua vdieo terakhir di http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsprograms/2010/02/12/4655/206/Gitu-Aja-Kok-Repot-In-Memoriam-Gus-Dur-1940-2009) Ririn Syaefuddin@February 16th 2010 (foto pinjeman dari sobat hasil temuan di google.com) Gus Dur, Sang Gur Bangsa Kami kan tetap mengenangmu, Gus Selamat jalan, duhai Gus...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H