Mohon tunggu...
Ririn Anggraeni
Ririn Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Pekerja Biasa

Dulu pernah menggemari hujan pada akhirnya tidak pernah bertemu payung yang tepat. Tetap basah kuyup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Si Tua yang Berkabung

5 Maret 2017   06:28 Diperbarui: 5 Maret 2017   16:00 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tiba-tiba airmatanya tumpah dipenampungan mangkuk-mangkuk penuh dosa.

Garis tawa masih tergores jelas dibibir pucatnya.

Matanya menyirat kabung dosa bak asap.

Usianya dimakan waktu digerogoti rayap sia-sia.

Gelap dunia menuntut

Dibalik besi-besi yang menyeringai bak bayi yang baru kehilangan gigi.

Tergelak menatap senja merah

Sudahi hidup yang terlanjur.

Mati merayap mencekik kerongkongan.

Tubuh tua yang pernah punya nama disudahi kabung pekat yang menjilat nyawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun