Ada orang yang hidupnya terlihat baik-baik saja. Tapi, luka dalam dadanya siapa yang tau. Berusaha menjadi sekuat-kuatnya padahal sedang dalam keadaan rapuh-serapuhnya.Â
Memutuskan resign dari pekerjaan, mengundurkan diri dari pekerjaan yang telah digelutinya bertahun-tahun bukanlah hal yang mudah. Berusaha menemukan pekerjaan lainnya seperti memulai kembali dari awal. Tidak punya apa-apa. Jauh dari siapa-siapa.Â
Bersyukurnya Tuhan masih memberinya keluarga yang selalu mendukungnya dalam keadaan apapun. Keadaan yang tidak mudah, sulit untuk bangun. Banyak yang bertanya kenapa ia memilih mundur jika hanya akan membuat hidup jadi makin sulit?Â
Masih ingat pepatah "semakin tinggi pohon, maka semakin kencang angin bertiup" Begitulah. Angin itu sudah terlalu kencang sampai pohon rapuh itu sudah tidak lagi mampu bertahan.Â
Disisi lain setelah 10 tahun mengalihkan inginnya untuk bertemu seseorang. Akhirnya, takdir mempertemukannya dengan seseorang yang terlihat bersungguh-sungguh memperjuangkannya. Sanggup menemui keluarganya bahkan menjanjikan masa depan bersama.Â
Seseorang yang benar-benar serius tapi serius itu bukan untuknya. Ahh, semesta bercandanya keterlaluan. Dia yang mengira bahwa dirinya di prioritaskan ternyata hanya salah satu dari koleksi yang sedang di seleksi. Hebat sekali cara kerja dunia. Dia sedang di titik jatuh, sejatuh-jatuhnya.Â
Allah luaskanlah hatinya, sabarkan lah hatinya agar ia mampu melewati semua proses hidupnya dengan baik. Agar ia menjadi lebih kuat, lebih tabah. Limpahkan bahagia untuk semua yang telah menyakitinya.Â
*Semangat selalu untuk yang membaca tulisan ini. Ingat seputus asa apapun kamu. Kamu masih punya Allah dan orang-orang yang masih menyayangimu. Jangan pernah merasa sendiri. Rasakan dan nikmatilah rasa sakitmu yang sekarang. Hidup pasti berubah. Hayok bangunn :)Â
Musi Banyuasin, 16 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H