Belajar dan pembelajaran pastilah ada teori yang dijadikan sebagai acuan. Teori-teori yang sudah tidak asing lagi yaitu teori behavioristik,teori kognitif, teori konstruktivisme, teori humanistik. Keempat teori tersebut memang teori belajar pada masa lalu, tapi bukan berarti di masa kini dan masa depan sudah tidak digunakan lagi. Sampai saat inipun teori-teori tersebut masih diterapkan. Hanya saja mungkin diperbaharui dan dikombinasi dengan berbagai inovasi pembelajaran sehingga teori-teori tersebut saling melengkapi satu sama lain.
Teori behavioristik secara umum lebih melihat kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara empirik. Menurut teori ini yang tepenting yaitu input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons sehingga menurut teori behavioristik keberhasian belajar ditentukan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon yang diterima oleh manusia. Pembelajaran yang menganut teori ini memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Apa yang dipahami oleh guru itulah yang harus dipahami juga oleh murid. Di Indonesia saat ini masih banyak yang meng gunakan teori ini. Tokoh-tokoh teori behavioristik adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Teori kognitif lebih menekankan pada bagaimana proses dan usaha untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain dan proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melaih kemampuannya mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu obyek. Tokoh-tokoh teori ini yaitu Piaget, Bruner. Pada dasarnya teori ini merupakan sebuah teori yang cenderung melakukan praktik yang mengarah pada kualitas intelektual sehinnga pengaruhnya dalam pembelajaran yaitu pembelajaran lebih cenderung berorientasi pada intelektual yang mengakibatkan para lulusan kaya akan intelektual tapi secara moral masih terhitung kurang sekali.
Sedangkan teori konstruktivisme mempunyai pandangan bahwa belajar merupaka proses dalam rangka membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata yang diperoleh dari lapangan. Maka pembelajaran harus dapat memberi pengalaman nyata kepada peserta didik, oleh karena itu model pembelajaranpun harus dilakukan secara natural.Proses pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat tekstual tapi juga harus menyampaikan materi yang bersifat kontekstual. Menurut teori konstruktivisme, guru berperan sebagai fasilitator, jadi guru bukanlah satu-satunya sumber yang wajib ditiru oleh siswa mulai dari segala ucapan dan tindakannya yang selalu dibenarkan sedangkan siswa adalah sosok manusia yang bodoh. Teori ini mempunyai falsafah bahwa peserta didik harus aktif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran akan efektif jika didasarkan pada komponen-komponen seperti pengetahuan, keterampilan, sifat alamiah, dan perasaan.
Kemudian ada teori yang menekankan mengenai konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan. Teori ini adalah teori humanistik. Pada hakikatnya teori ini menyatakan bahwa belajar harus diawali dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Tokoh-tokoh teori ini diantaranya adalah Kolb, Honey dan Mumford, Bloom dan Krathwohl. Yang terkenal yaitu taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom ada tiga yaitu domain kognitif, domain psikomotor, dan domain afektif. Pada kenyataannya teori ini lebh cenderung mengarahkan peserta didik untuk berpikir induktif, terlibat ktif dalam proses belajar, dan mementingkan pengalaman. Karena teori humanistik lebih cenderung dekat dengan bidang filsaat, teori kepribadian dan psikoterapi dibandingkan bidang pendidikan, maka teori ini sulit untuk diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
Seiring berjalannya waktu, teori-teori tersebut mengalami suatu pergeseran dari teori yang satu ke teori yang lainnya. Hal itu dikarenakan teori yang sebelumnya dirasa belum mampu memenuhi kebutuhan belajar dan juga masih ada kelemahan-kelemahan sehingga muncul teori-teori yang lain untuk dapat melengkapi kebutuhan belajar manusia. Dari teoi behavioristik, bergeser ke teori kognitif, kemudian bergeser lagi ke teori konstruktivisme, bergeser lagi ke teori konstruktivisme, lalu bergeser ke teori humanistik. Dari keempat teori tersebut tidak ada istilah yang mengatakan bahwa teori ini lebih baik dari teori itu. Masing-masing teori pastilah memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan tersebut dapat ditutupi dengan kelebihan dari teori yang lain. Kita dapat memilih mana yang paling cocok dengan kemampuan kita. Jika kita dapat mengkombinasikannya maka kita dapat berinovasi sehinnga nantinya akan muncul teori-teori baru yang dapat digunakan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H