Mohon tunggu...
Siti Nursari Ismarini
Siti Nursari Ismarini Mohon Tunggu... -

Happy. Muslimah. Student. Sanguine

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gerakan Mahasiswa: Belajar dari Nabi Musa & Nabi Khidr

12 Mei 2013   23:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:40 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidr, kita akan pelajari tentang hakikat menuntut ilmu dari firman Allah di QS Al Kahfi: 62-80.

Mengapa harus belajar? Bahwa ternyata pendidikan adalah proses seumur hidup, bahkan untuk manusia sekaliber nabi pun harus tetap belajar. Sejatinya begitu pula seorang pemimpin, ia harus terus menangkap ilmu dari siapapun, bahkan orang yang tak dikenal sekalipun.

“Bahwa hakikat kepemimpinan adalah tentang lingkaran pengaruh.”

Nabi Musa as telah Allah swt karuniakan ilmu yang banyak. Namun, semacam ada arogansi yang timbul dari banyak ilmu ini. Oleh karenanya, Allah mengajak Musa untuk lebih rendah hati dan mempertemukannya dengan Nabi Khidr. Stay hungry, stay foolish!

Tentang Nabi Khidr. Khidr artinya adalah hijau dari pasar putih. Nabi Khidr adalah seorang nabi pengembara yang memiliki ilmu robbani. Proses pembelajaran dari Nabi Khidr kepada Nabi Musa as dilakukan secara sadar dan melalui experimental learning. Nabi Khidr di sini berfungsi sebagai mentor yang berperan dalam membina seorang pemimpin besar. Dalam proses ini, harus ada pelajaran tentang sabar dimana tidak tergesa-gesa dan tidak mudah terancing emosi.

Dalam QS Al Kahfi ini, terdapat tiga pelajaran dari setiap kisah perjalanan antara Nabi Musa as dan Nabi Khidr.

Kisah pertama, kisah perahu pelayan yang baik hati namun harus dilubangi untuk menghindari adanya raja yang jahat di ujung pulau. Bahwa dalam dakwah, kita harus menjaga perahu atau alat mecapai tujuan kita ini sebelum bertemu dengan tiran. Dalam kasus gerakan mahasiswa, gerakan ini harus disusun dengan rencana strategis yang memiliki kemungkinan besar untuk menang. Misal, dalam isu stasiun lalu, sebaiknya LDK/LDF tidak perlu ikut turun. Ini dikenal dengan istilah tafaku fiddin, tidak semua orang harus turun untuk berjuang, karena masih memiliki peran sebagai penjaga originalitas pergerakan. Kalau memang belum pasti akan menang, turunkan saja sebagiannya. Hal lain adalah harus terus merenungkan alasan sejarah perjuangan, kelahiran organisasi pergerakan. Setiap lima belas tahun sekali, perlu ada perubahan yang dilakukan. Musuh tiran yang ada bukan lagi dalam skala nasional, tetapi dalam skala internasional. Buat standar yang tinggi sebagai langkah awal peningkatan kualitas diri.

Kisah kedua, anak kecil yang dibunuh oleh Nabi Khidr karena pada masa akan datang ia akan menjadi anak yang membahayakan bagi kedua orang tuanya yang shalih. Bahwa pelajarannya adalah saat melawan tirani, kita harus selalu melawan dan membasmi tiran yang ada pada diri kita sendiri dulu. Bila berkaca pada masa Nabi Musa as, ada tiga tiran besar yang dihadapi, yaitu Firaun sebagai penguasa, Karun sebagai konglomerat yang memberi suplai dana kepada penguasa, dan Haman sebagai birokrat. Jadi, objek dakwah yang utama adalah diri sendiri.

Kisah ketiga, membangun dinding yang runtuh di suatu negeri yang tidak menyambut Nabi Khidr dan Nabi Musa as dengan baik karena ternyata di bawah dinding rumah itu tersimpan peninggalan untuk anak yatim yang dahulu orang tua mereka adalah orang yang shaleh. Bahwa pelajarannya, penting untuk menjaga kaderisasi dan regenerasi dalam kepemimpinan. Fakta saat ini, membangun kaderisasi semacam menjadi rabun jauh. Maka, dibutuhkan pemimpin yang visioner dan serius dalam menjaga keselamatan dan kesinambungan gerakan.

Pada akhirnya, kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr mengajarkan kita tentang alur dalam dalam membentuk seorang pemimpin besar adalah dimulai dari membangun penampilan yang baik, mendakwahi dimulai dari diri sendiri, dan melakukan kaderisasi dan regerasi.

***

Disarikan dari Training Pengembangan Diri PPSDMS Nurul Fikri oleh Bachtiar Firdaus, M.PP (Jakarta - Jumat, 25 Januari 2013)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun