Mohon tunggu...
Riri Amalia F.
Riri Amalia F. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Altruisme Sebagai Pondasi Nilai Profesionalisme Keperawatan: Benarkah Sudah Tertanam pada Diri Perawat?

29 Desember 2024   19:31 Diperbarui: 29 Desember 2024   19:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perawat menjadi salah satu profesi yang sudah diketahui banyak orang. Orang-orang mengetahui bahwa perawat adalah pekerjaan mulia yang membantu orang lain, terutama pasien-pasien di rumah sakit. Eratnya kaitan kerelaan menolong orang lain secara sukarela dengan profesi perawat membuat altruisme menjadi pondasi nilai profesionalisme keperawatan. Namun, benarkah nilai tersebut sudah tertanam pada diri perawat ataupun calon perawat?

Altruisme menjadi nilai profesionalisme yang harus dimiliki oleh para perawat. Nilai altruisme ini mendorong perawat untuk memberikan kasih sayang dan empati kepada pasien serta keluarganya pada perawatan yang dilakukan (Wath & Wyk, 2020). Perawatan yang dilakukan dengan kasih sayang dan empati dapat dirasakan pasien serta keluarga sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisinya. Hal ini jika dipadukan dengan kompetensi keperawatan yang juga berkualitas dapat membuat proses penyembuhan pasien menjadi lebih baik dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap perawatan (Kuntarti et al., 2020).

Ketulusan akan dirasakan oleh pasien dan keluarga ketika mereka dirawat oleh seseorang yang dengan sepenuh hati mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mereka. Dapat dibayangkan jika sedang terbaring sakit di rumah sakit, lalu perawat yang hadir merawat dengan kerelaan yang tulus, perasaan tidak enak seperti merasa merepotkan atau membebankan mungkin tidak akan dirasakan oleh pasien. Pasien akan merasakan kepuasan akan perawatan.

Melihat besarnya dampak positif nilai altruisme pada keperawatan membuat nilai tersebut menjadi penting untuk selalu tertanam pada diri perawat. Namun, seiring bertambahnya waktu, muncul faktor-faktor permasalahan yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai altruisme pada para perawat. Penurunan ini sudah pasti menjadi kondisi yang mengkhawatirkan karena berdampak pada kualitas perawatan yang diberikan.

Salah satu faktor yang menjadi alasan penurunan nilai altruisme pada perawat adalah beban kerja yang didapatkan. Mendapat beban kerja serta tanggung jawab yang besar membuat sebagian perawat kesulitan untuk mengatasinya dan memicu kelehahan mental atau burnout  yang menurunkan sifat altruisme dirinya (Chen et al., 2022). Perawat akan memilih untuk tidak terlalu dalam memberi pertolongan karena sedang dalam kondisi mental yang tidak optimal. Fokus perawat pastinya menjadi tidak maksimal sehingga ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan akan menurun dan mempengaruhi kualitasnya. Pada kondisi seperti ini, sudah tidak tertanam lagi nilai altruisme pada diri perawat karena kapasitas dari tubuhnya sendiri yang tidak menyanggupi.

Selain itu, terdapat faktor lain yang diungkapkan Maravilla (2021) dalam penelitiannya bahwa perawat pada era Gen-Z menginginkan rasa hormat dan rasa terima kasih dari pasien atau orang lain yang ditolongnya. Hal tersebut membuat esensi nilai altruisme pada perawat yang profesional menjadi hilang karena terkesan mengharapkan imbalan. Padahal, sudah seharusnya perawat itu menolong dengan penuh kerelaan dan tidak mengharapkan balasan apapun. Perawat juga tidak dapat mengendalikan perasaan yang dirasakan pasien setelah diberikan perawatan, jadi sudah seharusnya imbalan tidak untuk diharapkan. Apabila perawat tersebut tidak mendapatkan rasa hormat atau rasa terima kasih dari pasien, kemudian dapat menimbulkan rasa marah atau kesal karena usahanya tidak berbalas, hal ini dikhawatirkan menimbulkan konflik yang tidak diinginkan antara pasien dengan perawat.

Untuk tetap menjaga esensi nilai altruisme pada keperawatan yang profesional, kedua hal tersebut perlu diatasi. Beban kerja perawat yang terlalu banyak dapat menjadi perhatian bagi setiap pihak rumah sakit. Sudah seharusnya dilakukan pembagian beban kerja yang lebih efektif dan tidak membebankan bagi pekerjanya. Perlunya dilakukan survei tingkat kemampuan terhadap beban kerja yang diberikan dan dijadikan pertimbangan untuk membuat kebijakan yang lebih menyejahterakan pekerjanya. Kemudian, hal tersebut juga harus didukung dari dalam diri perawat dengan berlatih mengatur stres dengan baik agar kelelahan mental dapat dicegah sebelum terjadi.

Selanjutnya, untuk permasalahan pada perawat Gen-Z, perlunya dilakukan refleksi diri terkait penerapan nilai altruisme yang sudah dilakukan. Apakah perawat sudah mencerminkan pribadi yang altruis atau justru sebaliknya. Kemudian, perawat dapat mengaitkannya dengan konsep altruisme yang sudah dipelajari dan diyakini pada keperawatan. Pemahaman yang baik terhadap nilai altruisme akan membuat siapapun yakin untuk menginternalisasikannya pada diri sendiri.

Kesimpulannya, benar sekali nilai altruisme pada diri perawat merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki, tetapi keberadaan nilai tersebut pada diri perawat mengalami penurunan pada saat ini. Beban kerja berlebih yang didapatkan perawat membuat kapasitas perawat dalam mengamalkan nilai altruisme menjadi terganggu. Para perawat berujung mengalami kelelahan dan tidak optimal dalam menerapkan nilai altruisme. Selain itu, pada saat ini, beberapa perawat Gen-Z mengharapkan rasa hormat dan terima kasih atas perawatan yang sudah dilakukan sehingga membuat esensi dari nilai altruisme hilang dari diri perawat. Pentingnya untuk dilakukan pembagian bobot kerja yang efektif dan adil kepada seluruh perawat agar perawat tidak mengalami kelebihan beban kerja. Kemudian, refleksi diri menjadi solusi untuk para perawat Gen-Z yang mengharapkan imbalan berupa rasa hormat dan terima kasih dari perawatan yang sudah dikerahkan.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun