Mohon tunggu...
Junior Tralalaaa Trililiiii
Junior Tralalaaa Trililiiii Mohon Tunggu... lainnya -

nggak suka kodok. terlalu mirip sama ikon yang agli ituhhh...(nunjuk monster biru yg picek atas)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Free Sex di Kalangan Remaja? Heboh Amat… Kan Biasa?!

22 Agustus 2013   17:02 Diperbarui: 4 April 2017   18:13 2845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heran deh, pada heboh banget membahas soal remaja putri usia sekolah yang masih perawan atau nggak perawan (udah gitu jarang dibahas soal remaja putra yang masih perjaka atau nggak perjaka pula). Tapi karena akhir-akhir ini setiap hari selalu disuguhkan judul artikel di Kompasiana yang ada kata-kata “perawan”nya, saya malah jadi ikutan gatel dan ingin ikut sumbang suara…

 

Menurut saya, yang mengemukakan ide awal soal pemeriksaan keperawanan siswisih wajar-wajar aja. Namanya juga ide. Sah-sah aja dong, se-ajaib apapun. Lha, tapi yang menanggapi kenapa harus pada “lebay” sih… hehe..

 

Alhamdulillah dong kalo masih ada pihak yang sangat mencemaskan kondisi pergaulan remaja jaman sekarang yang (katanya) sudah semakin akrab dengan seks bebas. Mencari berbagai formula untuk berusaha meredam pertumbuhannya kan memang bagian dari kewajiban manusia-manusia yang masih pada sadar moral. Sama aja wajarnya dengan semakin banyaknya orang-orang yang nggak peduli dan mengganggap biasa perilaku seks bebas dikalangan remaja (dan masyarakat umum). Santai aja sih.

 

Siswi remaja di Indonesia banyak yang sudah nggak perawan or perjaka ya normal-normal aja. Bagian dari berhasilnya kampanye nilai-nilai “keterbukaan” yang sudah dimulai dari sejak mereka belum lahir kan.

 

Para remaja itu pasti punya TV dirumah, yang biasa menayangkan sinetron, acara musik sampai comedy show yang sarat dengan nilai “buka-bukaan” termasuk enjoy dan bangga ketika mempertontonkan aurat (baik laki-laki dan terutama perempuan). Juga sikap bebas saling menjamah, memeluk, mencium sampai merayu-rayu jenis lainnya yang semuanya dengan mudah mengarah ke jenis keintiman yang lebih parah lagi. Bayangkan aja, kalau sejak dalam kandungan mereka sudah terbiasa beradaptasi dengan hal-hal seperti itu, terus apa anehnya kalau sekarang mereka juga nggak merasa ada yang salah dengan ikut melakukannya dalam pergaulan sehari-hari? Santai aja dong… Emang begitu kan jalurnya.

 

Mereka juga sebagian besar bisa bebas mengakses internet. Mengaduk-aduk You Tube dan situs berisi aneka berita dan gambar-gambar apapun. Dari mencari gambar mesjid terbesar di dunia sampai gambar yang bugil-bugilpun gampang dan murah meriah. Tinggal klik, beres. So nggak perlu heran dong kalo sudah nggak ada yang tabu lagi buat mereka. Asik aja.

 

Remaja putra “mengagumi” body remaja putri yang dengan “siaran langsung” mudah buat mereka karena banyak diobral di tempat umum. Kolam renang, mall, diskotik, sampai di pasar-pasar tradisional kan selalu ready mengakomodasi hal-hal seperti itu. Begitu juga sebaliknya. Remaja putra (kalo ada yang sengaja niat mejeng mempertontonkan dirinya) malah seringkali lebih parah, karena “konsumen”nya bukan cuma terbatas dari kalangan perempuan, tapi juga ada yang ditujukan buat kaum sejenis…

 

Saya sih bukan pendukung pergaulan bebas (apalagi dikalangan anak-anak baru gede). Tapi plis deh, kalo menurut pemahaman saya nggak fair kalo kita langsung bersikap antipati terhadap pihak-pihak yang terlanjur menjadi “korban” jeratan free sex. Sama nggak fair-nya dengan kalo kita bersikap antipati terhadap pihak-pihak yang merasa terpanggil untuk meredam kebiasaan yang nggak sesuai fitrah agama ini.

 

Bagaimanapun, bukan sepenuhnya salah si pelaku. Soalnya mereka kan memang sudah dijejali nilai-nilai kebebasan itu sejak kecil. Lagian jujur aja deh, semua yang pernah jadi anak muda usia belasan pasti ngerti banget dong, gimana rasangan “membuka mata” terhadap hal-hal baru yang “mempesona”, apalagi kalau sebagian besar lingkungan juga “mendukung”…

 

Nggak masalahlah kalo sampai (jelek-jeleknya nih) ide ajaib soal pemeriksaan keperawanan siswi jadi diterapkan dan akan mempengaruhi kelulusan atau bisa atau nggaknya mereka bersekolah di negeri ini. Tenang aja, ibu-ibu dan bapak-bapak dari generasi senior (yang pastinya juga sudah nggak perawan dan perjaka itu) yang sangat peduli pada para penerus bangsa nggak mungkin tinggal diamlah. Kalo perlu pasti nanti banyak yang akan bikin sekolah-sekolah baru, sekalian aja dikhususkan buat para siswi yang dilarang masuk sekolah umum hanya karena mereka sudah nggak perawan.

 

Ada-ada aja deh, banyak yang gerah (dari kedua pihak yang pro dan kontra) sementara akar masalahnya malah jarang ada yang peduli…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun