Mohon tunggu...
preciouscygnet
preciouscygnet Mohon Tunggu... -

a paradox reader

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ayah, Guru Hidupku

9 Agustus 2010   22:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

mengukur jalan itu favoritmu
membuatku belajar, kadang bergerak itu harus sekalipun lelah mendera

jarang sekali kau berpetuah, hanya kuingat satu yang sering kauulang,
“jangan pernah menyesal!”,
membuatku belajar: berpikir itu sebelum bertindak

diam sering kutemukan padamu
seakan kau berkata: hati-hati kalau bicara

perlakuanmu pada ibu, pada nenek, adik-adikmu
membuatku tak menyesal jadi perempuan

humor-humormu itu, sadarkan aku hidup memang permainan,
tertawalah padanya

kaubawa aku pada duniamu: pekerjaan, sahabatmu, hingga masa lalu, sampai mimpi-mimpimu
aku jadi tahu siapa ayahku, lantas kubangun duniaku

kau menyapu sebelum memintaku mengepel lantai
pelajaran berharga buatku tentang keteladanan

kau memelukku, saat ku ranking satu dan kalah olimpiade
membuatku tahu kasih sayang tak butuh harga

rengekanku suatu saat, bukan kaujawab dengan mainan baru
tapi kauperlihatkan aku wajah seorang pengemis
jadinya aku tahu, tak semua ingin dipenuhi, walau masih saja aku menangis

kau meminta maaf setelah memarahiku
itulah cara menghargai, karena tak ada manusia sempurna

kau sampaikan firman-firman-Nya,
kau ajarkan aku untuk gelisah, menakar kebenaran
kau sodorkan aku banyak buku,
bukan menyeretku pada khotbah dan belenggu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun