Mohon tunggu...
Riqko Windayanto
Riqko Windayanto Mohon Tunggu... -

Aku adalah seorang pecinta sastra, bahasa, dan seni. Seorang pembelajar yang terkapar oleh takdir. Yang mencoba merengkuh dunia dalam keterbatasanku. Aku adalah aku.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Meneropong Makna Mintaraga dan Nawaruci dalam Candi Kendalisada: Sebuah Pertautan Antara Manusia dan Purbakala "Kahyangan Jawadwipa"

19 Agustus 2018   20:03 Diperbarui: 19 Agustus 2018   20:29 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Situs Kahyangan Jawadwipa yang bernilai sejarah tinggi telah pupus dan purna. Lantas, dimanakah makna pertautan antara manusia dan purbakala sesungguhnya? Dimana peran kita pada purbakala? Masyarakat tak begitu andil dalam pelestarian dan perawatan situs purbakala, termasuk puluhan situs di Gunung Penanggungan. Namun, justru mendatangkan manusia-manusia yang tidak memikirkan kearifan bangsa dan sekadar memenuhi nafsu serta tindak tercela.

Padahal, kepurbakalaan telah mengiringi sejarah panjang perjalanan Nusantara. Manusia hadir dalam eksistensinya juga tak luput dari pertautan nilai kepurbakalaan itu sendiri. Purbakala bukan hanya pasal artefak, candi, peninggalan, kepurbaan, kesejarahan. Akan tetapi, lebih dari itu, purbakala adalah jalan panjang umat manusia.

Segala perjalanan manusia tercatat abadi dalam situs-situs purbakala yang sejatinya mampu melampaui dimensi masa. Sekarang, manusia yang hidup di zaman ini tinggal mengelola, melestarikan, dan merawatnya. Memang, tidak menutup kemungkinan masih ditemukan kembali situs-situs purbakala di Penanggungan, namun, akan lebih baik pula jika penemuan terdahulu masih dijaga keberadaannya. 

Dalam momentum Hari Purbakala ke-105 ini, mari kita menerawang akan ingatan sejarah masa lalu. Tentang sisi lain dari zaman dahulu, yang penuh keterbatasan lantas menjadi awal dari terbukanya lembaran peradaban baru yang lebih maju. Sayangnya, purbakala selayak telah terasing, tak diingat, bahkan tak dikenal di zaman yang disebut milenial.

Purbakala bukan sekadar kisah yang lalu, hidup dalam sejarah dahulu, dan melampaui dimensi waktu. Purbakala adalah memoar penting perjalanan Nusantara dan manusia. Ingatlah, sebelum Kendalisada dan semuanya hanya menjadi puing-puing cerita dan dongeng bagi anak cucu akan suburnya masa terdahulu, terlibatlah dalam perjuangan menegakkan kelestarian situs yang tersisa, agar cinta kita pada tanah, rumah, dan kehidupan tetap abadi selamanya. Salam Nusantarajayati!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun