Mohon tunggu...
Rippa Sogawa
Rippa Sogawa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Hobi bermain futsal dan senyum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perancangan Taman Wisata Kejepangan dalam Upaya Pengembangan Pariwisata Desa Claket Mojokerto

21 Desember 2022   22:20 Diperbarui: 15 Juni 2023   00:37 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Claket di kecamatan Pacet, kabupaten Mojokerto, sedang menata diri sebagai sebuah desa wisata khas Jepang dengan basis ekonomi disektor kuliner. Program ini diinisiasi oleh kepala desa setempat yang bekerja sama dengan Prodi Sastra Jepang dan Arsitektur Untag Surabaya. Kemajuan dalam mengembangkan Desa Wisata sudah terlihat dari adanya beberapa pembangunan fasilitas wisata, seperti pusat kuliner dan area parkir kendaraan wisatawan. Kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola desa wisata juga dipersiapkan melalui berbagai macam pelatihan, seperti pelatihan berbahasa asing, keterampilan membuat seni kerajian khas Jepang serta  pelatihan membuat masakan khas Jepang. Pelatihan ini melibatkan semua elemen masyarakat desa, seperti POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) dan PKK.


Akan tetapi, konsep wisata kejepangan ini tidak hanya berhenti pada pengembangan wisata kuliner, kerajinan dan penguatan kapasitas SDM. Untuk mendukung program pengembangan desa wisata dengan konsep kejepangan, maka perangkat desa beserta Untag Surabaya bekerjasama dalam membuat desain kawasan wisata yang lebih menonjolkan kekhasan arsitektur dan lanskap sebagaimana taman-taman di Jepang. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik kawasan wisata. Dalam membentuk citra Kawasan tersebut, tentunya perlu adanya peran dari ahli perancangan. Oleh karenanya, Prodi Sastra Jepang kemudian menggandeng tim yang terdiri dari dosen serta beberapa mahasiswa Arsitektur Untag Surabaya untuk membuat perencanaan tersebut, mulai dari tahap penjaringan aspirasi masyarakat desa, survey dan pemetaan, serta proses desain. Perancangan ini kemudian dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan Matching Fund yang merupakan salah satu bentuk dari Program Kampus Merdeka / MBKM di tahun 2022.

Kegiatan yang berlangsung dari bulan September hingga November ini difokuskan pada dua titik, dimana di masing-masing titik yang direncanakan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Hal ini ditujukan untuk menambah daya tarik sehingga wisatawan tertarik untuk mengunjunginya. Titik pertama berada di area parkir kendaraan yang berpotensi menjadi sarana penunjang wisata, khususnya wisata kulier yang sedang dikembangkan pada area yang sama dengan area parkir. Selain mengembangkan area parkir, pada kawasan ini juga dikembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH), tepatnya taman Jepang sebagai spot selfie. Pada taman ini disediakan plaza dan gerbang Torii sebagai spot foto, bangku taman untuk duduk-duduk (beristirahat), serta area playground. Diharapkan taman ini bisa menjadi tempat istirahat bagi pengunjung luar kota  yang baru saja melakukan perjalanan jauh.

Gambar 2. Penataan RTH di area parkir. dokpri
Gambar 2. Penataan RTH di area parkir. dokpri

Gambar 3. Plaza Torii sebagai spot foto . dokpri
Gambar 3. Plaza Torii sebagai spot foto . dokpri

Titik kedua yang menjadi lokasi pengembangan wisata yang letaknya berdekatan dengan gedung diklat, berada di seberang area parkir. Area ini direncanakan akan dikembangkan sebagai kawasan wisata Taman Jepang dengan berbagai fasilitas, seperti plaza Torii, taman bunga, kolam arus untuk ikan Koi, panggung terbuka di tengah kebun, gazeebo, koridor hutan bambu, dan tempat penyewaan kimono untuk foto. Fasilitas di area taman ini memungkinkan pengunjung untuk melakukan wisata pasif maupun aktif. Perancangan kawasan wisata ini juga memperhatikan potensi view di sekitarnya, seperti gunung Panderman dan Penanggungan yang  dijadikan latar belakang dalam penempatan spot foto. Dengan kondisi lahan yang berkontur, maka perencanaan desain ini tidak banyak mengubah kondisi kontur yang ada melainkan mempertahankan keaslian agar kesan natural tetap ada untuk menambah daya tarik wisatawan.

Kegiatan perencanaan ini mendapatkan sambutan dan dukungan penuh dari perangkat desa serta masyarakat setempat. Hal ini bisa dilihat dari tingginya antusiasme masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas RTH yang sudah dibangun di area parkir. Diharapkan  sambutan hangat dari masyarakat juga akan diperoleh setelah kawasan wisata pada lokasi kedua dapat terealisasi.

Gambar 4. Kawasan wisata taman Jepang. dokpri
Gambar 4. Kawasan wisata taman Jepang. dokpri

#UntagSurabaya #KitaUntagSurabaya #UntukIndonesia #UntagSurabayaKeren #EcoCampus #Kampuskompeten

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun