Hubungan Perang Dingin dengan Eskalasi Israel-Hizbullah
Pasca serangan Israel ke selatan Lebanon pada 1982, kaum muslim Syiah yang didukung oleh Iran mulai membentuk organisasi paramiliter yang bertujuan untuk melawan invasi Israel ke Lebanon. Alasan dari dukungan Iran dalam pembentukan Hizbullah sendiri adalah untuk menekan pengaruh barat di Timur Tengah, yang dalam hal ini Israel merupakan targetnya karena Israel merupakan sekutu utama Amerika Serikat dan Inggris, yang dapat mengancam pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah.
 Amerika Serikat sendiri tidak tinggal diam atas tindakan Iran yang menyokong Hizbullah, sehingga Amerika Serikat terus memberikan bantuan dana dan persenjataan ke Israel atas dasar melindungi sekutunya di Timur Tengah, juga untuk mempertahankan eksistensi barat di Timur Tengah melalui Israel.
Hubungan Amerika Serikat dengan Iran sendiri memanas pasca revolusi Iran pada 1979 dimana kebijakan luar negeri Iran yang anti-barat serta penyanderaan diplomat Amerika Serikat oleh Iran membuat kondisi geopolitik kedua negara saling memanas, yang mengakibatkan kedua negara saling bermusuhan selama Perang Dingin, bahkan hingga kini.Â
Selama dekade 90’an Hizbullah dengan dukungan kuat dari Iran terus melakukan serangan ke Israel yang menduduki wilayah Lebanon selatan. Hal tersebut membuat Israel akhirnya memutuskan untuk mundur dari wilayah Lebanon selatan akibat perlawanan yang intens dari gerilyawan Hizbullah. Namun wilayah Shebaa Farms masih disengketakan oleh Hizbullah dan Israel, sehingga hal tersebut digunakan oleh Hizbullah sebagai dalih untuk terus melancarkan serangannya ke Israel.
Pada 2006 Hizbullah melancarkan serangan ke Israel dengan membobardir daerah Israel dan menyerang kendaraan militer Israel yang menewaskan beberapa tentaranya. Tidak lama Israel melancarkan serangan balasan dengan melakukan invasi serta blokade ke Lebanon selatan. Perang berlangsung selama 34 hari dan berakhir dengan diberlakukannya gencatan senjata antara kedua pihak.
Clash of Civilization Sebagai Sebab dari Eskalasi
Menurut Samuel Hunington, Clash of Civilization adalah konflik yang didasari oleh perbedaan identitas, budaya, dan keagamaan. Eskalasi antara Hizbullah dan Israel dapat dikatakan sebagai perang agama dan budaya, karena Israel yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk Yahudi berhadapan dengan Hizbullah yang merupakan kelompok milisi Syiah.Â
Hal tersebut menunjukan adanya perbedaan identitas dimana Israel yang merupakan negara dengan orientasi budaya barat berbenturan dengan negara-negara kawasan dan kelompok milisi seperti Hizbullah yang menganut paham Islam syariah.
Deterrence Doctrine sebagai Upaya Pencegahan
Sejak diberlakukannya gencatan senjata pada 2006, tidak banyak terjadi eskalasi besar diantara kedua belah pihak. Hal tersebut dikarenakan kedua belah pihak melakukan kampanye deterensi atau doktrin detterence, dimana kedua pihak berusaha mencegah adanya eskalasi konflik yang lebih besar dengan saling mengancam yang bertujuan untuk menciptakan persepsi bahwa setiap tindakan yang dilakukan salah satu pihak akan menimbulkan kekacauan yang lebih besar.