seperti embun yang murni
bergelantung di ujung daun
jatuh terjerembab ke bumi
lalu lenyap ditelan gurun
atau seperti awan-awan putih
bergerak gemulai dalam arakan
pecah berantakan laksana buih
hilang dihembus angin selatan
juga kerlip indah bintang-bintang
serupa dian di malam nan buta
tak bersisa di kala siang
satu persatu diusir oleh sang surya
jika keindahan saja, tidak abadi
lalu, untuk apa membangun benci?
bukankah bijak jika merangkai pranaya
di sedikit waktu tersisa, sebagai warisan amerta?
Jakarta, 16 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!