Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hati Kering Berlubang

17 Oktober 2022   21:27 Diperbarui: 17 Oktober 2022   21:38 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

titik gerimis mengetuk daun
jatuh satu, menyusul satu,
detak berjeda, tak beraturan

sementara lirih angin,
adalah jerit dari kejauhan,
melengking tinggi, menusuk tajam

seperti kelopak layu tersapu badai,
mata kosong melayang, terguncang-guncang, terombang-ambing di rongga hati yang kering berlubang

ini kemarau jiwa nan panjang,
menghanguskan tujuan
membekukan harapan

maka, malampun tercancang,
pada potret hitam putih,
yang tergantung kelu, kaku, di dinding-dinding kelam

pada ruang hampa tak berujung,
waktu tercekik, mati dan dimakamkan,
menyisakan hening membatu, dan sesak yang tak berkesudahan.

Palu, 17 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun