Entah berapa lama kita berlari, sepertimu, akupun lupa.
Sudah berapa jauh perahu kehidupan ini didayung, sejak pecah tangisan pertama? lalu, saat ini, kita ada di mana?
Pernahkah engkau coba hentikan dunia, mengambil jeda, lalu benar-benar bertanya kepada bongkah nurani yang meronta-ronta?
Ya, bongkah nurani yang terkhianati sedemikian lama, yang berdarah oleh dusta, berkerak luka oleh tipu daya, tersandera oleh rantai-rantai kepentingan, meringkuk layu dan lemah, terisak-isak di malam-malam hening saat kesadaran menyapa?
Lalu, berjanji dalam doa-doa, bersimpuh dalam genangan air mata, memohon ampun, hanya untuk kembali lupa, mengambil arah yang sama, tersesat makin dalam, di rimba-rimba kepentingan dunia, hingga saat kesadaran kembali menyapa?
Sudah terulang berapa kali, sudah berapa lama, lingkaran samsara ini terus berinkarnasi, makin menjadi-jadi, hingga nanti, Â jalan kembali tak lagi ada, saat dengan sangat sadar kita kuburkan nurani tanpa upacara apa-apa?
Dan doa-doa menjadi rangkaian mantera, ibadah sekedar gerakan tak bermakna, rutinitas sia-sia. lalu kebaikan tak lebih dari babak-babak drama.
Jadi, kapan lagi engkau coba hentikan dunia, mengambil jeda, lalu benar-benar bertanya kepada bongkah nurani yang meronta-ronta, benar-benar memutar langkah, sungguh-sungguh membalik arah?
Pamulang, 15 Oktober 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI