Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Sekadar Tunduk dalam Syukur

15 Desember 2019   05:40 Diperbarui: 15 Desember 2019   22:14 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://virginiahuguenot.blogspot.com

Ada saat kepala tegak, atau pongah menengadah, memicingkan sebelah mata, menaikkan sudut bibir sebelah atau menebar derma dengan harapan warta.

Semu, kosmetika murah, penambal wajah yang berlobangkan ngarai-ngarai riya.

Ada pula saat menjaga marwah, berlagak pemilik dunia, mencoba melukiskan deretan bunyi terindah bagi sang pemilik telinga. Untuk apa? Untuk siapa? Sekedar upacara yang ujungnya adalah babak-babak dalam drama.

Aku ingin belajar pada ketenangan permukaan danau, yang tak pernah menunjukkan kedalamannya. Juga pada amarah gunung api yang menyuburkan lapisan-lapisan tanah.

Aku ingin menempuh jalan-jalan yang ditempuh sang udara, yang tak tampak namun menghidupkan. Atau pada tulus mentari, tak peduli pada hujat di kemarau dan puja-puji saat penghujan tiba. Lurus, terus dan istiqamah.

Tapi dari itu semua, aku ingin sekedar mampu untuk tunduk dalam syukur, secara sederhana, secara apa adanya.

Pamulang, 15 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun