jendela dan pintu-pintu kau buka
berharap duka hati pergi mengelana
tapi, seketika itu, menerobos masuk luka
juga atap yang kau biarkan menganga
berandai tetes hujan mendinginkan dada
tapi, saat yang sama, menerpa panas udara
dan lantai yang rusak terangkat
memaksa engkau berjalan berjingkat
luka di telapak kaki, mengalir darah pekat
pada dinding-dinding retak
mungkinkah kau gantungkan harapan kelak?
sedang nasib telah memukulmu dengan telak?
rumahmu ini, masihkah layak dihuni?
sementara engkau telah membakarnya sendiri?
saat nurani terlanjur kau biarkan pergi?
Jakarta, 2 September 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!