kita belum mampu bangkit, dari kenangan yang demikian pahit. harusnya kita membiarkan ini semua menjadi satu bab dari buku sejarah, pada perpustakaan dengan koleksi kitab-kitab tua, seperti masa depan yang tak pernah sanggup kita baca.
tapi kita malah menuliskannya kembali dengan tinta darah, membingkainya dengan kecewa, sekeras hati yang menyimpan dendam dan amarah, lalu kita pajang di ruangan-ruangan nurani gelap tanpa cahaya.
kalau kita tak mampu membuka jendela, membiarkan bau lapuk ini sirna, lalu kita hendak ke mana? kita mau apa?
Jakarta, 10 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H