engkau memunguti satu persatu daun harapan yang pagi ini jatuh berguguran. lalu mencoba menyusunnya menjadi gambar masa depan. tapi yang kau temui adalah kebuntuan, dan daun-daun itu mengering lebih cepat dari perkiraan, terlalu berserakan.
ditengah-tengah keputusaan, engkau harus menentukan jalan di persimpangan, antara kebutuhan dengan keaslian. antara bertahan, atau runtuh memeluk kepentingan. pada waktu yang berlari, engkau diharuskan untuk memilih.
dalam panik, engkau menggantikannya dengan daun-daun plastik. dan kau rangkai semua secara instan, menjadi apa yang kau sebut sebagai keberhasilan. engkau lalu menjadikannya sebagai instalasi dan ornamen pameran, dan kau pertontonkan dengan penuh kebanggaan.
engkau sepenuhnya sadar telah menciptakan kepalsuan. tapi hujan kekaguman yang meluapkan banjir pujian, ternyata lebih dari cukup bagimu untuk menjadikannya sebagai permakluman.
dan setelah sekian lama, engkau sendiri tak lagi mengenal siapa yang kau lihat di depan kaca, kecuali air bening yang turun deras dari ke dua mata.
Jakarta, 17 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H