ada yang tak terucapkan, pada setiap kalimat yang kau rangkai dengan mantap. kau menjual benci, dengan lisan yang seolah mencintai keyakinan suci. padahal, itu keyakinan yang engkau sendiri gagap untuk pahami.
kau bicara tentang ledakan-ledakan, dengan nada penuh sentakan, seakan membela penindasan, membela penghakiman, padahal engkau sedang menjual keyakinan, memperdagangkan kebencian.
kau anggap aku tak paham? kau pikir suara bisa dibeli dengan geram? entah di mana hati kau letakkan, entah ke mana nurani kau campakkan. apapun kau ucapkan, agar mahkota bisa kau dapatkan.
kau, seharusnya kembali pulang, kepada keluarga orang-orang yang hilang, kau seharusnya meminta ampunan, kepada hati kecil yang sudah lama kau matikan.
dalam hening tiap malam, aku yakin engkau masih mendengarkan jeritan, dari hatimu yang lama terdiam. aku yakin ada suara-suara dari nuranimu yang membisikkan  teguran demi teguran. tapi hingga kini, terus saja kau abaikan.
dengarkanlah, dengarkan dengan perlahan, jika kau masih punya sedikit kemanusiaan. jika engkau tak terlanjur terikat perjanjian dengan setan.
Jakarta, 4 Maret 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI