Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terlanjur Tinggi

21 Februari 2019   11:07 Diperbarui: 21 Februari 2019   11:20 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://followingmessiah.org/

menapaki jalan ini, jalan berliku penuh belukar dan duri
telan semua kobaran sampah yang kau muntahkan saban hari
terkadang aku ingin berhenti, terkadang segalanya seperti kehilangan arti

lihatlah, harga diri terlanjur kau pancang di tiang langit tertinggi
memaksa siapapun ikut menghormati, yang oleh dirimu sendiri, kau puja-puji
jangan kira aku seperti mereka, yang layu kering oleh ludah-ludah api

jika aku masih di sini, bukan karena aku menikmati dagelan ini
bukan pula karena mempertahankan diri, apalagi bernafsu mengemis posisi, lalu tunduk merangkak menjadi abdi
aku di sini, karena keberadaan sahabat sejati, karena hatilah aku peduli

maka bawa saja curigamu itu pergi
juga lagak-lagumu yang priyayi
percayalah, engkau tak akan mati, engkau justru akan lebih hidup, engkau akan jauh lebih berarti!
itupun jika kau mau memahami, itupun jika engkau benar-benar mengerti kalimat nurani.

Jakarta, 21 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun