Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penikmat Hormat

23 Januari 2019   21:53 Diperbarui: 23 Januari 2019   22:00 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/TrentArtGallery

badan-badan tanpa jiwa meminta tepuk tangan, menuntut pengakuan, berbicara dengan kalimat mati, tak bermakna, tak bernyawa.

duduk minta di jajar paling depan, apa-apa menunggu dipersilahkan, menanti kepala-kepala menunduk dan bungkukan  badan, menikmati semu penghormatan.

dan jika kelak jabatan hilang, kemanakah harga diri akan berpulang?
sedangkan serangga di setiap padang, bergantung pada rumput dan ilalang.
sedangkan burung-burung yang terbang, tak selamanya membusungkan dada, di sayap-sayap yang tak selalu membentang.

maka tak ada pentingnya untuk merasa penting, tak ada hebatnya untuk merasa hebat.
sebab derajat manusia sesungguhnya terletak pada seberapa tulus hati berniat.

Penang, 23 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun