"Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Sukarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman---Perdana Menteri Malaysia saat itu---dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Sukarno terhadap Malaysia pun meledak."
Latar Belakang
Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, wilayah Indonesia meliputi seluruh wilayah bekas Hindia Belanda, termasuk di dalamnya sebagian dari Kalimantan. Pada tanggal 31 Agustus 1957, wilayah Malaya (bedakan dengan Malaysia) mendapat kemerdekaan dari Inggris dengan wilayah meliputi daerah koloni Inggris di semenanjung Malaya, sehingga tidak termasuk wilayah koloni Inggris di utara Kalimantan.
Sampai dengan tahun 1961, Kalimantan dibagi 4 wilayah, pertama tentu saja wilayah Indonesia, di sebelah utara ada Sabah, Sarawak dan Brunei. Sabah dan Sarawak sendiri saat itu adalah wilayah koloni Inggris. Wilayah-wilayah tersebut menjadi persengkataan antara Indonesia, Federasi Malaya dan Philipina. Pada tanggal 31 Juli 1963 ke tiga negara mencapai kesepakatan yang disebut Persetujuan Manila atau Manila Accord untuk memberikan hak menentukan nasib sendiri bagi penduduk di tiga wilayah tersebut melalui referendum.
Namun secara sepihak, Federasi Malaya melanggar Manila Accord dan mengumumkan berdirinya Federasi Malaysia dengan memasukkan wilayah Sabah dan Sarawak sebagai bagian dari wilayahnya, kurang dari 3 bulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Manila, pada tanggal 16 September 1963.
Karuan saja, Presiden kita saat itu, Bung Karno murka dan konfrontasi dengan Federasi Malaysia tak dapat lagi dihindari. Di tengah-tengah konfrontasi ini, pada tanggal 7 Januari 1965, PBB menunjuk Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan. Hari itu juga Bung Karno menyatakan Indonesia ke luar dari PBB.
Conefo
Bung Karno melihat PBB tidak netral dan lebih banyak berpihak kepada pemenang Perang Dunia II, ditambah dengan ditunjuknya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Beliau membentuk organisasi tandingan pada hari yang sama saat Indonesia ke luar dari PBB.
Lahirlah Conference of The New Emerging Forces (CONEFO), atau Konferensi Negara-Negara Kekuatan Baru (Negara-Negara Berkembang), pada tanggal 7 Januari 1965, dengan kedudukan di Jakarta. Jadi, Jakarta pernah menjadi markas dari organisasi tandingan PBB! Markas Ganefo saat ini telah menjadi gedung DPR/MPR.
Anggota Conefo saat itu adalah Indonesia, Republik Rakyat Tiongkok, Korea Utara dan Vietnam Utara, sementara Republik Arab Bersatu, Uni Soviet, Yugoslavia dan Kuba sebagai pengamat.