Di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, ada sekelompok pemuda yang berjalan dengan langkah yang berbeda. Mereka adalah Generasi Z, lahir di era ketika dunia berubah dengan cepat, namun hati dan pikiran mereka dipenuhi dengan dilema yang tak kalah kompleks. Mereka adalah mahasiswa dan dosen yang hari ini menghadapi tantangan yang belum pernah dihadapi generasi sebelumnya.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Generasi Z mendominasi populasi Indonesia dengan jumlah sekitar 74,93 juta jiwa, atau 27,94% dari total penduduk. Mereka adalah harapan baru, namun juga menghadapi problematika yang unik. Keresahan tentang masa depan, tekanan sosial, dan tantangan ekonomi adalah beberapa masalah yang mereka hadapi.
Salah satu masalah utama yang dihadapi Generasi Z adalah kesenjangan sosial dan ekonomi. Sebuah survei oleh IDN Media Research 2024 menunjukkan bahwa 60% dari generasi muda merasa khawatir tentang 'social and economic inequality.' Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya kebijakan yang lebih inklusif dan pendidikan yang mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin masa depan yang berempati.
Kesehatan mental juga menjadi perhatian serius. American Psychological Association melaporkan bahwa pada tahun 2020, 91% Gen Z merasa stres akibat pandemi COVID-19. Solusinya terletak pada peningkatan akses ke layanan kesehatan mental dan penciptaan lingkungan yang mendukung di kampus dan tempat kerja.
Generasi Z bukan hanya sekumpulan individu yang ingin segalanya instan atau manja. Mereka adalah generasi yang penuh potensi, yang jika diberikan dukungan yang tepat, dapat mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membantu mereka untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang.
Apakah kita, sebagai masyarakat, siap untuk mendengarkan dan memahami problematika Generasi Z dengan lebih empati?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H