Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... -

nothing

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengalaman Mendengarkan Lagu Gloomy Sunday

22 Oktober 2012   07:27 Diperbarui: 4 April 2017   16:41 11359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu, aku pernah menuliskan tentang suara maupun video yang bisa mempengaruhi mental. Di dalam tulisanku dulu, sempat disebutkan tentang lagu yang bisa membuat orang bisa bunuh diri setelah mendengarnya. Judul lagu itu Gloomy Sunday. Dulu aku merasa lagu tersebut sama sekali tidak memberikan rangsangan apapun bagiku untuk melakukan hal-hal yang mendekati bunuh diri. Kupikir mungkin dulu semuanya tidak berpengaruh karena saat mendengarkannya aku memang dalam kondisi biasa, bahkan bisa dikatakan bahagia. Nah, mungkin kalau aku sedang dalam kondisi sedih atau tertekan ada kemungkinan segalanya jadi berbeda. Jadi kemarin.. di hari minggu yang suram, aku coba dengarkan lagi lagu itu. Belakangan ini, secara pribadi aku memang sedang berada dalam masa "sulit". Masalah demi masalah datang silih berganti, yang satu belum selesai eh yang lain malah muncul lagi. Belum lagi dengan ditambahnya masalah hati. Tapi khusus untuk masalah yang terakhir ini, aku agak kewalahan menghadapinya.. entah karena baru pertama mengalaminya atau bagaimana, semuanya jadi diluar kendaliku. Bahkan aku seperti merasa bukan diriku dalam beberapa waktu ini. (oke cukup.. kalau dilanjutin malah bisa jadi curcol disini :p ) Situasi itu kayaknya sempurna banget buat aku manfaatkan untuk membuktikan mitos tentang Lagu Gloomy Sunday. Bagaimana jadinya kalau seseorang yang sedang begitu merasa terpuruk disuguhkan sebuah lagu yang melegenda karena bisa membuat orang menjadi terinspirasi untuk bunuh diri setelah mendengarnya? (mungkin kalian bingung, kok aku berani-beraninya melakukan hal ini? apa aku sudah gila, atau apa aku memang benar-benar berniat bunuh diri?) Dulu aku memang sempat mendownload 2 versi dari lagu gloomy sunday ini, yaitu versi asli dan juga versi instrumentnya. Tapi entah kenapa versi aslinya seperti hilang ditelan bumi dan tidak ditemukan lagi di handphone maupun laptopku. Bukan masalah besar juga, karena versi instrumentnya menurutku justru lebih terasa mencekam.. karena dalam imajinasiku aku bisa menambahkan lirik apapun di sana sesuai dengan keadaanku sekarang. Kemudian.. di hari minggu yang kelabu itu,akupun mulai memencet tombol "play" dan sedetik kemudian mengalunlah alunan musik mendayu-dayu yang mungkin sedikit terdengar aneh di telinga kita tersebut. (entah dikarenakan memang musiknya yang ganjil, atau cuma karena cerita-cerita mengenainya yang terlanjur mensuggestiku) *** Apa hari ini kalian menemukan berita tentang seorang pria muda yang  bunuh diri di koran maupun televisi? tidak ada!! ya, akupun menulis entri ini masih dalam keadaan hidup.. bukan dari alam lain. Aku masih hidup!! aku tidak bunuh diri, lagu tersebut ternyata hanya mitos belaka dan sungguh tidak mampu meracuni pikiranku sehingga mendorongku untuk bunuh diri. Entah apa yang terjadi di zaman dulu, sehingga begitu banyaknya kejadian kejadian ganjil yang mengiringi lagu tersebut. Tapi sepertinya, zaman sekarang hal hal serperti itu sudah tidak berlaku lagi. Mengapa tidak bisa? padahal aku sudah dalam kondisi yang sangat memungkinkan untuk terpengaruh dengan lagu tersebut. Jika berkaca pada cerita-cerita yang terjadi di zaman dulu, seharusnya lagu tersebut bisa mensuggestiku untuk melakukan hal hal diluar kendaliku.. seharusnya segalanya bisa berjalan di kondisi yang kurasa begitu tepat, disaat aku sedang tidak mempunyai alasan untuk bahagia. ternyata... Bahagia itu tercipta bukan karena suatu alasan.. iya, mungkin beberapa alasan bisa menunjang kita untuk menjadi bahagia. Tapi jika kita terus menunggu sebuah alasan untuk bisa merasa bahagia, maka kita tidak akan bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. katakanlah.. "aku akan bahagia SEANDAINYA bisa beli rumah di perumahan elit itu". kalimat di atas secara tidak langsung akan mensuggesti hati bahwa "hidupku sekarang tidak bahagia karena aku belum bisa beli rumah di sana". Mungkin tidak disadari.. tapi sepertinya cukup berbahaya untuk alam bawah sadar kita. Jangan mensyaratkan kebahagiaan karena sebuah alasan. Alasan dan ukuran kebahagiaan itu sebenarnya berjalan di jalur yang berbeda. Begitu pula kesedihan.. jangan karena suatu alasan kita jadi berlarut dalam suatu kesedihan berkepanjangan. Sedih itu manusiawi..  tapi sedih yang berkelanjutan itu harus dihindari. Kita masih punya Tuhan bukan? percaya saja, Dia lah yang sudah mengatur jalan hidup kita. Jika karena suatu alasan kita menjadi sedih, maka kita perlu percaya bahwa ada "alasan" lain mengapa alasan yang membuat kita sedih itu diberikan Tuhan kepada kita. "Alasan" itulah yang nantinya bisa membuat kita memaklumi terjadinya alasan tadi. Dan akhirnya kita bisa mengerti, lantas kemudian menerimanya. contoh rahasia Tuhan bisa dibaca pada cerita ini Kesimpulan: Bahagia atau sedih itu relatif... segalanya kita yang menentukan. Kuncinya hanya seberapa lapang hati kita untuk menerima, dan seberapa bijak pikiran kita untuk mengerti. Oh, iya.. jika kalian penasaran dengan cerita lagu Gloomy Sunday, bisa dibaca pada blog sahabatku yang satu ini. http://xnews-hawkson-blogmisteri.blogspot.com/2010/04/x-news-gloomy-sunday-lagu-pembawa.html Sumber: http://www.toscablog.com/2012/10/mitos-alasan-dan-kebahagiaan.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun