Tidak banyak yang mengetahui bahwa Negri Aceh yang sangat dikagumi banyak orang bahkan banyak bangsa pernah dipimpin oleh seorang wanita ia adalah Paduka Sri Sultan Taj'al-'Alam Tsafiatu'ddin Syah Berdaulat Zillu'lahi Fi'l 'Alam binti's Sultan Raja Iskandar Muda Johan Berdaulat  atau sering di sapa Taj'al-'Alam. Sebagai seorang wanita mendapatkan kekuasaan untuk memimpin negara merupakan prestasi yang sangat besar, nama Ratu Taj'al-' Alam Tsafiatu'ddin kala zaman itu mengalahkan nama Ratu Elizabeth dari Inggris,  karena terdengar peranan seorang  sosok Raja perempuan yang memimpin negeri Aceh yang sedemikian mengagumkan.
Setelah Iskandar Tsani mangkat, bangku kepemimpinan Aceh digantikan oleh jandanya Taj'al-'Alam, seorang wanita puteri  Sultan Iskandar Muda sendiri. Masa pemerintahan wanita ini 34 tahun (1641-1675) , satu masa yang cukup lama, terutama bagi seorang wanita. Apalagi ketika itu Aceh dizaman dan dalam keadaan penuh tipu daya (intrgues) asing, penuh dengan pengkhiantan dari tokoh-tokoh yang ingin merebut kursi, maka masa 34 tahun itu adalah masa yang tidak gampang untuk dilampaui dengan selamat, kebijaksanaan dan keluarbiasaan yang dimiliki dalam kepribadian tokoh wanita Taj'al-'Alam Tsafiatu'ddin membawanya memimpin negeri Aceh dengan hebat, yang dimana ketika zaman itu Aceh merupakan negeri yang dibidik oleh penjajah seperti Inggris, Portugis, dan Belanda untuk mengambil sumber daya alamnya seperti emas dan timah. Dalam segi ini Aceh harus berbangga akan sejarahnya pula karena mempunyai tokoh wanita yang mungkin tidak dimiliki dalam lembaran sejarah nasional lainya
Dalam kitab Bustanu's-Salatin karya Syekh Nuru'ddin Ar-Raniri tertulis  dari beberapa sifat terpuji dan perangai yang kebajikan lagi takut akan Allah SWT dan senantiasa sembahyang lima waktu dan membaca kitabu'llah dan menyuruh orang berbuat kebajikan dan melarang orang berbuat kejahatan seperti yang di turunkan Allah kepada Nabi kita Muhammad SAW dan selalu sangat adil perihal memeriksai dan menghukum hamba Allah. Maka daripada berkat daulat dan sa'adat dulu yang mulia itu jadi banyaklah hamba allah atau kita bisa bilang masyarakat Aceh yang saleh dan sembahyang serta menuntut ilmu, dan pada masanyalah orang mendapat beberapa galian emas itu dan ialah yang mengeraskan syariat Nabi Muhammad SAW di negeri Nanggroe Aceh Darussalam.
Ratu Taj'al-'Alam dalam kepemimpinannya  mengutamakan soal-soal pendidikan agama dan perekonomian, beliau adalah seorang negarawan dan sama sekali bukan seorang militer,bukan berarti Ratu Taj'al-'Alam tidak bisa berperang. Kelebihan Taj'al-'Alam dalam kenegaraan terlihat pula dari kuatnya dukungan para menteri, orang besar dan para ulama atasannya. Menurut catatan, lembaga Tiga Sagi diadakan masa Taj'al-'Alam dua orang cerdik pandai mendukungnya. Mereka adalah Syah Nuru'ddin Ar-Raniri dan Syekh Abdu'u-Ra'uf Assingkili.Â
Tiga sagi adalah pembentukan suatu badan yang bertujuan  untuk membantu untukmeringankan beban kepala pemerintahan yang berupa seperti suatu sisitem pemerintahan konstitusional, yang di Eropa sendiri pada masa itu belum didapati kecuali hanya di satu negara yaitu di Engaknda. Tiga sagi  sendiri diambil dari sebuah tampi yang memilik tiga sudut, dipergunakan fungsi tiga sagi di Aceh bahwa mereka adalah suatu alat yang maha penting bagi kehidupan.Â
Pembentukan tiga sagi berdasarkan mufakat, anatara satu dan lainnya, masing-masing panglima sagi berkuasa penuh atas bidangnya, sagi terdiri beberapa mukim, yang jumlahnya tergantung berapa banyak mukim yang bergabung. Panglima sagi sendiri berasal dari orang-orang kaya, sultan, dan tokoh agama.Â
Mengambil pendapat dari Bradell seorang asal Inggris, ia menunjukkan bahwa masa dua ratus tahun yang lalu, sebelum Eropa sendiri mengenal demokrasi, di aceh sudah dilaksanakan suatu demokratisering pemerintah yang dilancarkan atas dasar musyawarah, tapi menurut pandangan Belanda tentang munculnya federasi mukim-mukim dengan tiga sagi dimaksud diperlukan suatu "belance of power" atau imbangan kekuasaan antara sovereign dengan tokoh-tokoh atasan yang berpengaruh masa itu. Dari hikayat acwh disebut pula bahwa tiga sagi dibentuk karena Ratu Taj'al-'Alam membutuhkan sesuatu jaminan untuk mendapatkan dukungan selama memegang tampuk kerajaan.
Sungguh berat sekali perjuangan Taj'al-'Alam untuk mengutuhkan kedaulatannya zaman itu, karena kebencian terhadap belanda tidak merata dikalamgan raja-raja Indonesia. Dan lagipula ketika itu mudah saja untuk membenturkan antara raja satu dan raja lainnya. Tanggal 23 Oktober 1675  Ratu Taj'al-'Alam meninggal dunia dan meninggal tampuk kerajaan, tapi dunia kala itu  telah mencatat bahwa, kemampuannya memerintah cukup mengagumkan. Benar memang sebagian wilayah dari kekuasaan Aceh banyak yang tinggal tapi jangan dilupakan bahwa yang dihadapi Ratu Taj'al-'Alam waktu itu adalah VOC yang sudah bertambah kuat dan tajam kukunya.Â
Semoga sedikit cerita tentang sosok Ratu Taj'al-'Alam ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi kita dan dapat menjadi motivasi terkhususnya kita rakyat Aceh untuk selalu menjaga dan membanggakan sejarah negeri kita, perlu diingat bahwa perempuan mempunyai kehebatan juga memimpin bahkan lebih daripada laki-laki persoalan ini telah dijawab dan dijelaskan oleh banyak sejarah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H