Tidak bisa dipungkiri bahwa oplet dahulunya sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Salatiga. Puluhan oplet yang berjejer di sebelah barat Pasar Baru merupakan sebuah pemandangan yang khas bagi masyarakat Kota Salatiga hingga tahun 1970 an. Pada umunya oplet-oplet ini melayani rute yang tidak terlalu jauh dari Salatiga seperti Bringin, Suruh, Ampel, Banyubiru, Dadapayam, dan beberapa kecamatan di sekitar Salatiga.
Keberadaan oplet juga bisa dijumpai di sekitar jalan Taman Pahlawan yang lokasinya berada di sebelah timur Pasar Lama. Namun oplet-oplet ini hanya melayani rute Salatiga-Dadapayam. Perjalanan oplet dengan rute Salatiga-Dadapayam ini bisa dibilang kurang nyaman. Penumpang harus menunggu lama dan bahkan tidak jarang penumpang harus berdesak-desakan ketika menaiki oplet yang melayani rute Salatiga-Dadapayam.
Saking banyaknya penumpang yang harus diangkut, penumpang yang pada umunya adalah ibu-ibu pedagang di pasar harus mengikatkan tubuhnya pada oplet dengan menggunakan kain selendang. Sudah barang tentu, tindakan tersebut adalah suatu tindakan yang sangat membahayakan. Para penumpang memang harus mau menanggung resiko yang seperti itu karena mereka memang dalam kondisi yang kepepet. Mereka hanya dihadapkan pada dua pilihan yakni yang pertama naik oplet dengan cara dan resiko yang seperti itu atau berjalan kaki sampai ke Dadapayam.
Seperti itulah sebuah kenyataan yang ada ketika oplet masih berjaya di Salatiga. Bagi sebagian masyarakat Kota Salatiga, pengalaman menaiki oplet rute Salatiga-Dadapayam ini adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H