Gempa Bumi di Ambarawa Tahun 1865
Peta Danau Rawapening Tahun 1900
Sumber : https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/
Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam yang terjadi secara alami. Gempa bumi sendiri di bedakan menjadi tiga yakni gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik, dan gempa terban. Gempa bumi tektonik adalah gempa yang disebabkan karena adanya aktivitas lempeng bumi yang bergerak saling menjauh, bergesekan, atau bertabrakan satu sama lain yang menyebabkan terjadinya guncangan. Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivtas vulkanik di sekitar gunung berapi. Gempa bumi ini biasanya hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lereng gunung berapi. Sedangkan gempa terban adalah gempa yang disebabkan karena adanya reruntuhan atap gua yang terdapat didalam litosfer.
Indonesia adalah negara yang rawan bencana alam terutama gempa bumi dan gunung meletus. Hal ini dikarenakan negara Indonesia dikepung oleh tiga lempeng aktif yang dapat menimbulkan gempa bumi tektonik seperti lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Bahkan tidak hanya itu, Indonesia juga merupakan negara yang terletak pada ring of fire yang menyebabkan banyaknya gunung-gunung berapi aktif di Indonesia. Wilayah Indonesia yang demikian ini memiliki dampak positif dan negarif. Dampa positifnya adalah tanah di Indonesia menjadi sangat subur karena debu vulkanik yang dihasilkan oleh erupsi gunung dapat menyuburkan tanah. Tetapi dampak negatifnya adalah bencana yang ditimbulkan baik berupa gempa bumi dan gunung meletus sering menyebabkan kerusakan yang parah bahkan menimbulkan korban harta benda dan korban jiwa yang bergitu banyak.
Pada tanggal 23 Oktober hingga 25 Oktober 2021 telah terjadi serangkaian peristiwa alam berupa gempa bumi di Ambarawa, Jawa Tengah. Gempa pertama yang terjadi pada hari Sabtu 23 Oktober 2021 adalah gempa yang berkekuatan M3. Setelah gempa utama tersebut terjadi gempa susulan hingga Senin 25 Oktober 2021 yang tercatat sudah 34 kali gempa terjadi. Fenomena gempa yang terjadi di Ambarawa tersebut memiliki kekuatan yang beragam tetapi kekuatanya masih dibawah M3 setelah gempa utama. Gempa yang terjadi dengan skala kecil dengan frekuensi kejadian yang tinggi dan terjadi dalam suatu kawasan dalam waktu yang relatif lama sering di sebut sebagai gempa swarm. Kabupaten Semarang, Khususnya Ambarawa, Banyubiru, Salatiga, dan sekitarnya merupakan daerah yang dikepung oleh tiga sesar aktif yang saling berdekatan. Sesar tersebut adalah sesar Ungaran, Sesar Rawapening, dan sesar Merapi-Merbabu. Gempa swarm yang terjadi di Ambarawa tersebut merupakan sebuah gempa yang disebabkan oleh aktivitas sesar Merapi-Merbabu.
Dalam catatan sejarah, pernah terjadi beberapa kali peristiwa alam gempa bumi merusak di Ambarawa. Salah satunya adalah peristiwa gempa bumi yang mengguncang Ambarawa dan sekitarnya pada tahun 1865. Gempa tersebut diperkirakan mencapai kekuatan M6,5. Bahkan karena saking kuatnya, gempa tersebut sempat merobohnkan benteng Willem I yang terletak di sebelah barat Stasium Kereta Api Ambarawa. Peristiwa yang terjadi di Ambarawa pada tahun 1865 tersebut tercatat dalam arsip peninggalalan Belanda. Beirkut arsipnya.
Penulis memberikan informasi ini tidak bertujuan untuk menakut-nakuti masyarakat. Namun tujuan penulis memberikan informasi seperti ini adalah agar masyarakat selalu waspada. Selama ini masyarakat meganggap bahwa daerah rawa bencana di Jawa adalah daerah selatan Jawa saja. Padahal tidak, bagian tengah pulau Jawa dan bagian utara Pulau Jawa juga merupakan daerah yang rawan terjadinya gempa bumi. Ambarawa ini buktinya. Selain di Ambarawa, catatan tentang gempa bumi yang merusak juga pernah terjadi di bagian utara Jawa. Pada tahun 1866 terjadi pula
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI