Mohon tunggu...
Rio WibiS
Rio WibiS Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Lulus kuliah dari Unnes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalamanku Menjadi Guru Pengganti

8 Januari 2023   16:58 Diperbarui: 8 Januari 2023   16:56 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah beberapa hari atau mungkin beberapa minggu saya tidak menulis tentang sejarah di blog ini. Hal ini dikarenakan kesibukan saya sebagai guru yang membuat saya belum sempat membuat tulisan sejarah. Jangankan dihari-hari biasa, dihari libur panjang kemarin saya belum sempat membuatnya karena saya disibukan membuat berbagai macam alat perangkat pembelajaran sebagai persiapan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di semester dua. 

Saya saat ini sedang mengajar di SMP Negeri 1 Ambarawa dan mengajar sebagai guru PPKN. Sebenarnya ini sedikit menyimpang karena saya seharusnya mengajar mata pelajaran sejarah di SMA. Akan tetapi beberapa waktu yang lalu saya sempat mencari lowongan pekerjaan di sekolah-sekolah SMA baik negeri maupun swasta. Akan tetapi sekolah-sekolah yang saya datangi ternyata belum membuka lowongan untuk guru sejarah. 

Suatu ketika saya sedang iseng membuka aplikasi instagram saya, dan tidak sengaja saya melihat status teman saya bahwa di suatu sekolah SMP sedang mencari lowongan sebagai guru pengganti mata pelajaran PPKN. Tanpa pikir panjang saya pun segera menghubungi pada nomor yang tertera di status instagram teman saya dan langsung mendatangi sekolahnya. Alhamdulillah, akhirnya saya dapat mengajar di sekolah SMP tersebut.

Ketika awal pertama kali saya bekerja sebagai guru pengganti saya sempat mengeluh soal kebijakan dalam bidang pendidikan yang dijalankan dan karakter siswa yang menurut saya perlu diperbaiki. Salah satu kebijakan yang di terapkan pemerintah dalam pendidikan dinegara kita adalah pemberlakuan sistem zonasi. 

Saya pribadi sebenarnya menganggap bahwa kebijakan ini sangat bagus karena dengan adanya sistem ini maka akan ada pemerataan dalam bidang pendidikan. Akan tetapi keadaan dilapangan sangatlah beda penerapanya. Hal lain yang pernah saya keluhkan adalah perilaku siswa yang menurut saya perlu di perbaiki. 

Siswa zaman sekarang sudah berani berkata-kata kotor di kelas padahal di kelas sedang ada gurunya. Bahkan cenderung siswa sekarang seringkali menunjukan sikap yang kurang pantas atau kurang sopan ketika berhadapan dengan gurunya. Tidak hanya itu saja, siswa sekarang cenderung malas belajar dan jika dikasih tugas tidka dikerjakan. Siswa juga ada yang cenderung nakal dan susah di atur.

Tapi itu pas awal-awal dulu, ya sekitar satu bulan yang lalu dan sekarang saya sudah mulai menikmati pekerjaan saya. Saya jadi teringat ketika saya masih duduk di bangku SMA dulu. Hal yang saya ingat adalah dulu saya pernah membaca buku sosiologi tentang penyimpangan sosial. Ada tiga sebab kenapa seseorang melakukan penyimpangan sosial. 

Tiga sebab tersebut adalah hubungan keluarga yang kurang harmonis, sub kebudayaan yang menyimpang, dan labeling. Hubungan keluarga yang kurang harmonis akan menyebabkan seseorang melakukan sebuah penyimpangan. Misalnya saja ada seorang anak sebut saja namanya "Andi", dia memiliki seorang saudara yang bernama sebut saja "Yusuf". Mereka adalah seorang saudara kembar. 

Andi lebih disayang oleh orang tuanya daripada Yusuf. Yusuf akhirnya berbuat sebuah penyimpangan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Sub kebudayaan yang menyimpang adalah penyebab seseorang melakukan penyimpangan karena pengaruh lingkungan entah itu lingkungan tempat tinggal, sekolah atau pertemanan. 

Sedangkan labeling artinya adalah pemberian cap negarif pada seseorang yang pada akhirnya akan mendorong seseorang melakukan sebuah penyimpangan. Misalnya sebut saja "Doni". Doni adalah siswa yang rajin dan selalu berangkat sekolah tepat waktu. Suatu hari ketika sedang berada dalam perjalanan sekolah, Doni mengalami kecelakaan sehingga membuatnya tidak masuk sekolah. Karena lupa memberi kabar maka Doni dianggap membolos oleh gurunya. 

Sejak peristiwa itu, teman-teman Doni selalu mengejeknya sebagai "Pembolos". Karena diejek oleh teman-temanya maka Doni akhirnya malas ke sekolah dan sering membolos. Berdasarkan ketiga penyebab itulah menurut saya seorang siswa melakukan sebuah pelanggaran bukan karena mereka nakal akan tetapi ada alasan yang menyebabkan dia bertindak menyimpang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun