Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di dunia. Gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta ini selalui mengundang perhatian, baik karena keindahan alamnya maupun dengan cerita-cerita mistisnya.Â
Gunung ini memiliki ketinggian kurang lebih mencapai 2930 meter diatas permukaan laut. Keindahan alam yang memanjakan mata membuat banyak sekali pendaki yang mengunjungi Gunung Merapi.
Gunung Merapi terakhir kali meletus pada tahun 2010. Letusan yang sangat dahsyat tersebut menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan puluhan ribu lainya harus mengungsi. Tidak hanya manusia, banyak juga hewan ternak milik warga yang mati karena terjangan awan panas. Akibat letusan yang sangat dahsat tersebut banyak warga yang trauma.
Merapi kembali menunjukan aktivitasnya setelah tidur panjang. Pada Mei 2018 terjadi erupsi freatik yang cukup membuat warga panik. Tidak hanya warga, pendaki yang sedang ngecamp di dekat gunung juga merasa panik. Karena adanya erupsi freatik itulah status Gunung Merapi menjadi Waspada.
Seiring dengan aktivitas Merapi yang semakin meningkat, maka BPPTKG meningkatkan status Merapi yang semula Waspada menjadi Siaga level tiga. Menurut penjelasan dari BPPTKG status Merapi yakni siaga level tiga mengatakan bahwa status siaga tersebut bukanlah untuk meramal apakah gunung akan mengalami erupsi atau tidak. Akan tetapi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diingkan pemerintah telah menyiapkan pengungsian di berbagai titik. Banyak warga yang akhirnya mengungsi karena takut jika kejadian seperti tahun 2010 kembali terulang.
Erupsi merapi terjadi tidak hanya pada akhi-akhir ini saja, dalam buku sejarah dituliskan bahwa Merapi pernah mengalami erupsi dahsyat di era Kerajaan Mataram Kuno. Peristiwa meletusnya Merapi ini di dalam prasasti disebut dengan Pralaya yang artinya adalah sebuah peristiwa yang menyebabkan kehancuran besar.Â
Erupsi Merapi yang terjadi di era Kerajaan Mataram telah menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bangunan candi peninggalan Mataram seperti Candi Borobudhur yang ditemukan pada masa pemerintahan Raffles dalam keadaan tertutup dengan tanah. Karena adanya erupsi dahsyat Gunung Merapi itulah maka pusat kekuasaan Kerajaan Mataram di pindah oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur tepatnya di dekat aliran Sungai Berantas.
Akan tetapi sebagian sejarawan berpandangan bahwa pada tahun 1006 Merapi tidak pernah erupsi. Di dalam Prasasti Pucangan yang berangka tahun 928 Saka atau 1006 Masehi mengatakan bahwa pralaya yang dimaksud bukanlah sebuah kejadian erupsi Gunung Merapi, melainkan adanya serangan dari Kerajaan Wura-Wari.Â
Sebagaimana yang kita ketahui, Kerajaan Wura-Wari merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya di tanah Jawa. Kerajaan Sriwijaya sendiri merupakan saingan berat Kerajaan Mataram.
Fakta sejarah menunjukan bahwa terdapat kesalahan dalam interpretasi tentang Prasasti Pucangan yang di buat oleh Raja Airlangga (1019-1042) pada tahun 1041 Masehi.Â