Mohon tunggu...
Rio WibiS
Rio WibiS Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Lulus kuliah dari Unnes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Salatiga

25 Oktober 2022   11:20 Diperbarui: 25 Oktober 2022   11:26 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salatiga merupakan salah satu kota yang memiliki bangunan peninggalan sejarah yang cukup banyak terutama bangunan peninggalan masa Hindia Belanda. Bangunan-bangunan peninggalan masa Hindia-Belanda ini banyak kita jumpai di sekitar Jalan Diponegoro yakni jalan yang menghubungkan antara Kota Salatiga dan Kecamatan Tuntang di Kabupaten Semarang. Dari arah Tuntang menuju Salatiga, terutama setelah melewati gapura besar yang bertuliskan "Selamat Datang Di Kota Salatiga" kita akan disuguhkan pemandangan kota Salatiga dengan bangunan-bangunan khas bergaya kolonial. Bangunan-bangunan tersebut diantaranya adalah Istana Djoen Eng, SMP Stela, hingga bangunan GPIB Salatiga. Tidak mengherankan jika di kawasan ini banyak peninggalan-peninggalan masa Kolonial Belanda. Hal ini karena dulunya Salatiga terbagi menjadi tiga kawasan yakni kawasan untuk orang Eropa yang tinggal di sekitar Jalan Diponegoro yang dulunya bernama Toentangscheweg, kawasan untuk orang China yang tinggal di Kalicacing atau dulunya bernama Soloscheweg. Sedangkan orang-orang pribumi tinggal di kampung-kampung di luar kawasan tersebut. "iya dulunya adalah lingkungan orang-orang Eropa. dulunya Salatiga terbagi menjadi tiga permukiman yakni lingkungan orang Eropa yang berada di jalur Tuntang Salatiga, kawasan orang China yang ada di Kalicacing dan kawasan Pribumi" penjelasan dari Pak Mijan (27/05/2021).

Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Tamansari merupakan salah satu bangunan sejarah peninggalan Hindia Belanda di Salatiga. Lokasi bangunan ini terletak di pusat kota yang berada di samping mall Ramayana. Lokasi bangunan gereja yang sedikit menjorok kedalam menyebabkan bangunan ini tidak terlihat dari jalan raya karena terhalang oleh bangunan mall. Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Tamansari dibangun pada tahun 1823. Menurut buku yang berjudul "Salatiga Sketsa Kota Lama" karya dari Eddy Supangkat menjelaskan bahwa bangunan ini dahulu dibangun sebagai gudang mesiu. Akan tetapi untuk menunjang penampilan pusat kota maka oleh pemerintah Hindia Belanda gudang mesiu tersebut diubah menjadi Indische Kerk yang sampai saat ini masih berdiri dan dikenal dengan nama GPIB. Indische Kerk dibangun berada di tengah taman yang diapit oleh dua buah hotel yang mewah pada masanya, yaitu Hotel Kalitaman dan Hotel Berg en Dal. Posisi Hotel Kalitaman berada di sisi utara Indische Kerk. Sedangkan Hotel Berg en Dal berada di sisi selatan.

Menurut Pak Mijan dan Ibu Sri selaku salah satu pengurus gereja menjelaskan bahwa dahulunya di sekitar gereja hanya ada taman dan rumah-rumah pejabat sehingga ketika pembangunanya tidak ada penolakan dari masyarakat. Dahulunya bangunan ini digunakan sebagai tempat ibadah tentara Belanda. Tempat ini juga pernah dikosongkan ketika masa pendudukan Jepang. "Dulunya di sekitar gereja hanya taman, dan tetangganya adalah rumah pejabat. Jadine ga ada reaksi dari masyarakat. dulunya ini dibangun karena dulunya dijadikan tempat ibadah tentara Belanda.Cuma tempat ini pernah kosong karena pernah dijadikan sebagai tempat penyimpanan mesiu. Kalau alesanya bagaimana ya tidak tahu" jelasnya (27/05/2021).

Nuansa kolonial pada bangunan ini sangat terasa sekali. Bangunan ini memiliki luas 12 X 10 meter dan memiliki dua lantai, luas terasnya 3 X 3 meter, bentuk langit pada atap yang berbentuk melengkung, jendela bergaya gotic yakni bentuk jendela yang meruncing keatas, dan sebuah menara kecil yang dilengkapi dengan lonceng yang dibuat pada tahun 1928. "Gaya bangunan adalah gaya bangunan Belanda bisa dilihat dari pintunya, jendelanya, modelnya. Hanya ga tau dulu, hanya beberapa jendela sudah digangti dengan edisi baru. Dulu rangkanya juga terbuat dari besi" penjelasan dari Pak Mijan (27/05/2021). Bangunan gereja ini mengalami renovasi kecil-kecilan pada tahun 1867 dimana atap yang semula menggunakan seng digantikan dengan sirap kayu. Sedangkan renovasi pada bagian pintu dan jendelanya disesuaikan dengan menyesuaikan desain kusen pintu dan jendela bergaya gotic yang meruncing keatas.

Ketika memasuki ruangan gereja maka kita akan melihat sebuah kutipan ayat yang tertulis di bagian atas pintu. Kutipan ayat tersebut ditulis dalam Bahasa Belanda dan di ambil dari Bibel tepatnya dari Kitab Kejadian Pasal 28 Ayat 17 B. "itu dijadikan sebagai peringatan saja yakni di dalam Kitab Kejadian pasal 28 ayat 17 B yang dikatakan bahwa "Ini tidak lain adalah Rumah Allah dan pintu gerbang sorga" terjemahan basa Belandanya seperti itu. Kalau itu ada tulisanya seperti itu menandakan bahwa bangunan ini di desain sejak awal adalah gereja. Tulisan itu sudah ada sejak awal dibangunya gereja" penjelasan dari Pak Mijan (27/05/2021).

Itulah sedikit cerita tentang sejarah Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Salatiga dengan segala keunikan yang ada didalamnya. Hingga saat ini bangunan tersebut masih difungsikan sebagai tempat ibadah untuk saudara-saudara kita Kristiani terutama mereka yang dari kalangan Protestan. Bangunan gereja ini sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh pemerintah Kota Salatiga. Oleh karena itulah bangunan ini sudah semestinya harus dilestarikan karena menjadi saksi bisu atas peristiwa yang terjadi di masa lampau.

Sumber :

  • Wawancara dengan pengurus gereja.
  • Eddy Supangkat. (2012). Sketsa Kota Lama Salatiga. Salatiga : Griya Media.
  • Sri Suwartiningsih, dkk. (2012). GPIB Jemaat Tamansari Salatiga Menuju Jemaat Misioner (1956-2010). Salatiga : Widya Sari Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun