Mohon tunggu...
Rio WibiS
Rio WibiS Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Lulus kuliah dari Unnes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gugurnya Letkol Suyoto dalam Peristiwa Pencegatan Sekutu di Ungaran

17 Oktober 2022   22:17 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:32 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Monumen Lemah Abang untuk memperingati gugurnya Mayor Suyoto. Sumber Gambar : Kunjungan ke Monumen Lemah Abang di Desa Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Dokpri

Membahas sejarah lokal adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi penulis. Apalagi jika peristiwa sejarah tersebut berkaitan dengan daerah tempat penulis tinggal. Menurut penulis, Kabupaten Semarang memiliki cerita sejarah yang cukup lengkap. Mulai dari masa Hindu-Buddha yang di buktikan dengan keberadaan candi-candi di Kabupaten Semarang, masa kolonial Belanda, hingga masa perang kemerdekaan. Salah satu peristiwa sejarah lokal yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah gugurnya mayor Suyoto dalam peristiwa pencegatan terhadap Sekutu di Ungaran yang mana peristiwa ini merupakan bagian dari peristiwa Palagan Ambarawa.

Menurut Taufik Abdullah dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Lokal di Indonesia” menjelaskan bahwa sejarah lokal adalah sejarah yang terjadi di suatu “tempat”, suatu “location” yang penulisanya ditentukan oleh “perjanjian” yang diajukan penulis sejarah. Batasan geografisnya dapat tempat tinggal suatu suku bangsa yang mencangkup dua sampai tingga daerah administratif daerah tingkat dua atau tingkat satu, dapat pula suatu kota, bahkan suatu desa. Jika penulis lihat dalam peristiwa Palagan Ambarawa, peristiwa ini tidak hanya terjadi di Ambarawa saja melainkan juga mencangkup daerah-daerah di sekitar Ambarawa seperti peristiwa bombardemen di Bandungan, peristiwa bombardemen di Jambu, peristiwa bombardemen di Desa Sumurup, dan pencegatan tentara Sekutu di wilayah Ungaran.

Pada tanggal 28 November 1945 pasukan Divisi V bergerak dari Jimbaran menuju Ambarawa melalui Simpang Tiga Dukuh Sikunir (Lemah Abang). Mereka menjumpai puing-puing Tank yang ternyata sudah dilumpuhkan oleh pasukan Suwito Haryoko dari Magelang. Dari Lemah Abang, pasukan Mayor Suyoto terus bergerak kearah selatan dan bertemu dengan Mayor Suwito di Karangjati. Ketika di Karangjati, mereka berunding dan menghasilkan sebuah keputusan bahwa pasukan kembali ke utara untuk melakukan pencegatan di Ungaran.

Pada sore harinya pasukan Mayor Suyoto tiba di Langensari dan bermalam di Makam Gebungan. Sebagian pasukan Mayor Suyoto juga berada di daerah Babadan. Pada malam itu, Mayor Suyoto memerintahkan Letda Sudarsin beserta lima orang anak buahnya yakni Suroso, Dul, Ibrahim, dan Fajar untuk melakukan pengintaian di Ungaran. Hasil pengintaian mereka bahwa sekutu sudah tidak berada disana.

Sementara itu, regu pengintai yang berada dibawah pimpinan Letda Sri Suwarno sudah tiba di Ungaran. Setibanya mereka di Ungaran, mereka langsung berpencar. Regu yang dipimpin oleh Letda Sudarsin berada di sebelah kanan jalan dan melakukan persiapan di kuburan. Sedangkan regu yang dipimpin oleh Letda Sri Suwarno berada di sebelah kiri jalan.

Pada tanggal 29 November 1945 terjadilah pertempuran antara pasukan yang dipimpin oleh Mayor Suyoto melawan pasukan Sekutu. Dalam peristiwa tersebut, Mayor Suyoto beserta 21 orang pasukanya telah gugur. Keesokan harinya Jenazah Mayor Suyoto dibawa ke Temanggung dan dimakamkan disana.

Sejak peristiwa tersebut terjadi bantuan berupa suplai amunisi dan bantuan pasukan untuk sekutu selalu didatangkan melalui jalur udara. Sekutu selalu berusaha menghindari pengiriman bantuan melalui jalur darat karena pencegatan yang dilakukan oleh pasukan TKR terhadap pasukan sekutu selalu membawa kerugian yang tidak sedikit bagi pihak sekutu.

Untuk mengenang gugurnya Mayor Suyoto beserta 21 pasukanya dalam peristiwa pencegatan pasukan Sekutu di Ungaran tersebut, maka dibangunlah monumen Lemah Abang. Monumen ini terletak di dekat pertigaan yang menghubungkan antara Semarang, Bawen, dan Bandungan. Monumen ini diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang pada tanggal 1 Maret 1973.

Sumber Bacaan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun