Untuk memulainya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan rantai pasok atau supply chain (SC). SC pada intinya adalah aliran material, informasi, dan uang dari tangan produsen sampai menjadi produk siap pakai pada konsumen yang memperhatikan faktor ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produksi. Sedangkan manajemen rantai pasok atau supply chain management(SCM), adalah pengelolaan atas integrasi pada aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam proses pengadaan bahan baku, pengolahan produk, hingga pendistribusian produk dari produsen ke konsumen akhir.
Sebuah SCM akan semakin efisien dan mencapai kondisi ideal apabila sebuah pasokan produk atau bahan baku yang datang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya-biaya yang dianggap boros, dapat diperkecil ataupun dihilangkan. Itulah kondisi ideal dari sebuah SCM, meskipun kenyataannya tidaklah seindah konsep yang ditawarkan.
Akan tetapi, setidaknya manusia dapat mengusahakan agar hasil kerja SCM mendekati kondisi idealnya dengan menggunakan kegiatan-kegiatan tertentu. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI) dan atau pengelolaan management information system (MIS) dalam SCM. Salah satu contoh pemanfaatan IT/MIS yang saat ini paling mudah untuk dijumpai pada perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan besar dengan pasar yang luas adalah Enterprise Resource Planning (ERP).
ERP merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, dengan menyediakan informasi secara real-time. Alasan utama hadirnya konsep ERP adalah karena secara umum perusahaan ingin mengintegrasikan sistem, divisi, ataupun departemen yang terpisah sebagai satu kesatuan. ERP memungkinkan perusahaan untuk menggabungkan sumber data yang terpisah ke dalam satu database. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan untuk membuat laporan dari data yang bersumber dari berbagai departemen. Namun untuk menerapkan ERP, perlu biaya yang cukup tinggi sehingga harus benar-benar menjalankan prosesnya secara benar.
ERP pada dasarnya memerlukan bantuan perangkat lunak khusus yang dinamakan SAP (System Application and Product in data processingatau biasa disebut juga sebagai System Anaysis and Program Development). SAP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang mempunyai kemampuan mendukung semua transaksi yang perlu dilakukan suatu perusahaan dan tiap aplikasi bekerja secara berkaitan satu dengan yang lainnya.
Menggunakan SAP dan ERP, suatu perusahaan dapat dengan mudah memperkirakan berapa lama suatu pasokan bahan baku akan habis dan dibutuhkan kembali, mengetahui jumlah produksi yang dapat dilakukan dengan performa perusahaan saat ini, menghitung keperluan bahan baku yang kurang, dan berbagai hal lainnya secara real-time karena terhubung langsung dengan database perusahaan. Hal ini mungkin untuk dilakukan, karena SAP memiliki algoritma yang unik.
Untuk contoh kasus penerapan ERP ini adalah pada perusahaanNueske’s Applewood Smoked Meats, sebuah perusahaan spesialis penyuplai daging asap, sosis, dan ayam di Wisconsin, Amerika Serikat sejak tahun 1933. Berdasarkan video yang diunggah oleh Aptean, sebuah perusahaan penyedia jasa perangkat lunak perusahaan (termasuk SAP), pada situs jejaring sosial Youtube (https://goo.gl/sXSWXC), digambarkan bagaimana perubahan positif yang terjadi ketika ERP mulai diimplementasikan pada perusahaan itu.
Pada video yang diunggah pada tanggal 22 April 2014 tersebut, Glenn Gazzolo, Chief Operating Officer dari Nueske’s mengakui bahwa sebelum periode 2010-2011 semua yang terjadi benar-benar sedikit berbeda dari apa yang telah terjadi sekarang. Ia berkata bahwa hal-hal seperti berapa besar biaya produksi suatu produk, atau bagaimana yang harus dilakukan dalam setahun ke depan, dapat memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan hanya untuk sekadar menyusun suatu rencana yang tepat. “Itu sangat lambat dan banyak duplikasi dalam pekerjaan kami”, ujarnya.
Namun setelah implementasi ERP, ia mengakui semuanya menjadi lebih cepat. “Bahkan hanya dengan menekan satu tombol, kami sudah dapat menemukan sebuah jawaban yang tepat”, tukas Glenn. Hal semacam ini menurutnya sangatlah efisien dan memberikan ruang bagi Nueske’s untuk mengembangkan bisnisnya.
Menurut Andy Pietsch, Manajer Operasional Nueske’s juga mengatakan bahwa sebelum implementasi ERP dilakukan, semua data-data harus dikumpulkan secara manual seperti kebanyakan perusahaan yang bergantung pada berlembar-lembar spreadsheet Excel dan menjaga agar data tersebut tetap valid. Ia juga menambahkan bahwa, pada lingkungan kerja Nueske’s yang bersuhu dingin-lembab dan memprioritaskan keamanan makanan yang tinggi, pengukuran untuk kebanyakan data ini (pada bahan baku) sangat sulit untuk dilakukan secara akurat. “... dan kegiatan pelaporan data menjadi sangat rapi juga lancar, karena kami telah memiliki database”, ujarnya.