Ada-ada saja, produk apalagi 'nih? Terusik satu posting kemarin dulu 2010 Kebanjiran made in China, mengantisipasi banjir jenis baru yaitu banjir produk Cina yang meruah menggenangi pasar kita. Ini ulah perdagangan bebas yang segera akan diberlakukan tahun depan (12 hari lagi, sekarang tinggal 11 hari lagi, <em>upd.</em>) . Anugerah atau musibah? Dua-dua. Beli terus pakai yang kalau rusak atau bosan, tinggal buang. Enak sekali, jadilah (gunung) sampah. Pemborosan nih, mentang-mentang murah. Ini musibah. Tetapi ada yang melihat produk IT, seperti telepon genggam, dibuang sayang. Produk dianggap "material" murah yang dapat bernilai tambah. Produk di"jebol" istilah mereka; dibedah, diamati, dipelajari, dikaji, diuji, dan horee... tahu sekarang cara kerja telepon, tahu hardware, tahu software, tahu kutak-katik. Telepon bisa diubah jadi produk "baru", yang orang suka dan bersedia bayar lebih untuk ekstra kelebihannya itu. Ini anugerah. Inilah "TTS" atau teknologi tumpang sari.Inilah teknologi kutak-katik mengangkat nilai produk "hi-tech" yang membuat kita cerdas, tahu telepon genggam bisa ditumpangi fitur lain yang mungkin penting bagi kita tetapi tak terpikir oleh pembuatnya. Misalnya, memantau dan memancar balik posisi lokasi kita dan kesehatan kita (wah penting untuk jemaah haji, para lansia, dan pasukan tentara di lapangan), kamera jadi alat bantu baca para penyandang cacat tuna netra, mengukur pencemaran air-tanah-udara termasuk emisi gas buang mobil kita, mencatat data lapangan, atau, mari kita bantu para nelayan mencari ikan di lautan. Banyak lagi... Di atas kertas, nothing is impossible. Wah, seru. Bermimpi, kalau saja "TTS" diberdayakan menjadi kekuatan Indonesia menghadapi perdagangan bebas, tentu luar biasa! Lahir industri baru dan hebat di Indonesia yang akan dilihat dan diperhitungkan dunia. Inilah industri pertama dunia yang menerapkan teknologi tumpang sari, mengandalkan kreativitas dan inovasi, untuk semua produk yang beredar di dunia. Bagaimana kalau produk baru hasil tumpang sari diberi label "Add-On" in Indonesia (baca, adonan indonesia). Hehe.. 'ngarang. Dipatenkan, ah. Industri menghasilkan soft products, kustomisasi produk "hi-tech" kaliber dunia yang diproduksi si empunya teknologi atau komoditi. Kualitas soft products begitu bagus sehingga mengundang para produsen global untuk ramai-ramai datang berbelanja tumpang sari alias "add-on" bagi produknya di sini. Masih mimpi 'sih, tetapi mengapa tidak? Ini baru fair, win-win solution, score imbang satu-satu. Jangan jadi bulan-bulanan melulu, kita bukanlah tempat sampah, tahu. Industri Kreatif "Add-On" Indonesia diharapkan dapat menjawab "deindustrialisasi"nya Faisal Basri yang cemas dengan kondisi industri di negeri ini khususnya manufaktur, dalam menghadapi perdagangan bebas. Industri diharapkan juga memberi solusi Industri Elektronik Indonesia = "Tukang Jahit Baju" (yang tidak memiliki industri hulu) dan Nasib Elektronik China yang Terhina (generalisasi kualitas produk Cina yang identik dengan buruk). Industri "bengkel" telepon genggam silakan dipandang sebelah mata, tetapi tolong mata sebelah lagi melihat koceknya, ada 1/4 juta rupiah per hari masuk di sana! Itu perbaikan saja, belum dari "add-on" dan jualannya... setelah itu kalikan seribu*. Perdagangan bebas siapa takut? [ *Ada 1,000+ industri "bengkel" dan "add-on" atau tumpang sari telepon genggam di seluruh Indonesia (Jawa Barat 360, Bandung sekitar 200); saat tulisan dibuat kelompok ini sedang mempelajari habis telepon genggam baru berbagai merek yang akan diluncurkan 2010. Ada pertemuan akbar tanggal "6310" (6 Maret 2010) di Bandung. Salut! Tertarik meliput? Hehe.. perlu undangan khusus. ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H