Manusia sebagai makhluk sosial pasti erat kaitannya dengan sebuah interaksi. Dalam berbagai interaksi sosial, kita sering kali bertemu dengan individu yang memiliki kecenderungan untuk selalu menceritakan diri sendiri.Â
Fenomena ini dapat terasa menantang, karena percakapan yang seharusnya saling mengalir menjadi lebih dominan satu arah. Obrolan semacam itu terkadang hanya membuat lawan bicaranya agak sungkan dan hanya berpura-pura tertarik oleh pembicaraan tersebut.
Hal ini juga yang terkaang dikaitkan dengan tingkat narasisisme seseorang, ini juga dapat memberikan pandangan menarik tentang bagaimana individu membangun identitas mereka dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.
Mungkin ada beberpa faktor seseorang gemar menceritakan dirinya sendiri sendiri entah itu, apa yang dimilikinya, apa yang sudah dicapai, apa yang dilakukannya dan lain sebagainnya.
Terlepas hal yang disampaikannya benar-benar terjadi ataupun tidak, terkadang sebagain orang tidak peduli akan hal itu dan menanggapi seadanya saja.
Saat ini masyarakat modern seringkali mengkultuskan ekspresi diri. Apalagi dengan adanya platform media sosial dan personal branding fokus pada diri sendiri semakin diperkuat. Orang yang cenderung menceritakan diri sendiri mungkin saja sedang merespons desakan budaya ini.
Mengkultuskan dalam KBBI memiliki arti mendewakan atau memuja-muja.
Kultus, dalam konteks ini, mengacu pada penghormatan yang intens terhadap suatu gagasan atau konsep. Ekspresi diri dianggap sebagai 'kultus' karena nilainya yang tinggi dan diberikan perhatian yang signifikan dalam budaya masa kini.
Sabar dan Dengarkanlah dengan Baik
Ketika kita berurusan dengan seseorang yang terus-menerus menceritakan diri sendiri, kita dihadapkan pada peluang untuk memperluas kapasitas kita dalam memahami dan berempati terhadap orang lain.
Bagaimana kita bisa melihat lebih jauh daripada narasi mereka? Bagaimana kita bisa merespons dengan bijak tanpa merasa frustasi atau kurang diperhatikan? Ini adalah panggilan untuk mengasah keterampilan kita dalam komunikasi, empati, dan kebijaksanaan.