Bantuan kuota dari Mas Nadiem di tahun 2021, cukupkah?
Chanel youtube resmi Kemdikbud RI pada tanggal 1 Maret 2021 pukul 13.00 WIB menayangkan secara life pemaparan mengenai bantuan kuota belajar dari pemerintah. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem A. Makarim. Kebijakan pemberian kuota dari pemerintah ini merupakan kelanjutkan kebijakan yang sudah diberikan sejak bulan Oktober tahun 2020 lalu.
Pemerintah memandang bahwa kebijakan ini sangat perlu, dan memang sangat efektif untuk meringankan beban para orang tua dalam menyediakan kuota yang mendukung putra-putrinya selama belajar online. Selama belajar di rumah peserta didik tidak hanya membuka laman pembelajaran yang selama ini dianjurkan pemerintah, tapi juga membuka laman youtube dan aplikasi zoom yang memakan banyak kuota. Hal inilah yang justru membuat bantuan kuota di tahun 2020 lalu tidak banyak terpakai, padahal besaran kuotanya sangat besar. Oleh karena itu, pemerintah tahun ini membuat beberapa perubahan pada kebijakan pemberian kuota belajar ini.
Beberapa perubahan yang dilakukan Mas Nadiem tahun 2021 pada bantuan kuota belajar disampaikan pula oleh Nur Rohmi Aida salam artikelnya yang berjudul "Simak, Ini Perbedaan Kuota Gratis Kemendikbud Tahun 2020 dan 2021". Nur menyampaikan bahwa perubahan bantuan kuota tahun 2021 antara lain dalam hal: 1) Besaran kuota, 2) Pembagian kuota, dan 3) Pembatasan Akses.
Besaran kuota yang pada tahun lalu mencapai 35 GB per bulan bagi peserta didik jenjang pendidikan dasar dan menengah, dan 42 GB untuk pendidiknya akan berubah menjadi 10 GB per bulan untuk peserta didik, dan 12 GB per bulan untuk pendidiknya. Hal ini tentu saja menjadi pertanyaan penting. Mengapa besaran kuota ini terasa menurun tajam dari tahun lalu? Apakah pemerintah kekurangan dana? Nah untuk pertanyaan ini ternyata Mas Nadiem sudah langsung menjawabnya pada chanel youtube kemdikbud, seperti yang sudah saya jelaskan di awal artikel.
Berawal dari hasil survey dan penelitian efektivitas bantuan di tahun lalu, ternyata besaran kuota yang diberikan terlalu besar untuk digunakan baik oleh peserta didik maupun oleh pendidik pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Akhirnya banyak kuota yang tersisa di akhir bulan, hangus begitu saja setelah 30 hari bantuan dikucurkan. Saya pribadi yang ikut merasakan hal ini menganggap kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan besaran kuota ini adalah langkah yang tepat. Ketika bantuan datang di bulan Desember, saya yang sehari-hari berprofesi sebagai pendidik SMP mendapatkan bantuan kuota 120 GB lebih dalam periode bantuan bulan Desember 2020 sampai Februari 2021. Pada bulan Februari, tersisa 90 GB yang hangus begitu saja. Lalu apakah dengan 10 GB per bulan bagi peserta didik, dan 12 GB per bulan bagi pendidik cukup? Tentu saja hal ini akan bisa kita cek langsung dalam periode bantuan bulan Maret 2021 ini. Apakah besaran ini cukup untuk memberi bantuan peserta didik terutama, yang memang kebanyakan membuka laman youtube untuk belajar, ataukah tidak.
Perubahan kedua yang dilakukan Mas Nadiem adalah dalam segi pembagian kuota. Pada awal diluncurkannya bantuan di tahun 2020, banyak peserta didik yang mengeluh, karena ternyata laman-laman yang diminta oleh gurunya tetap harus menggunakan kuota internet yang mereka beli sendiri di pasaran. "Jadi, untuk apa, Ibu ada bantuan? Kalau tetap harus beli kuota?" inilah salah satu pernyataan yang memang mungkin menjadi pernyataan banyak peserta didik dan orang tua yang mendapat bantuan kuota tahun 2020.
Lalu apa perubahan yang dilakukan? Di tahun 2021 tidak ada pembagian antara kuota umum dan kuota belajar. Dan hal ini memberi kebebasan pada peserta didik dan pendidik untuk bebas membuka laman apapun untuk pembelajaran, kecuali yang diblokir oleh kemenkominfo.
Perubahan ketiga yang akan mungkin sangat terasa di tahun ini, yaitu dalam hal pembatasan akses (ini berhubungan dengan perubahan kedua tentang pembagian kuota). Pada tahun 2020 kuota banyak yang tidak dipergunakan karena adanya kuota belajar yang hanya bisa digunakan untuk mengakses website dan aplikasi yang telah ditentukan. Di tahun ini kuota bisa digunakan untuk membuka semua laman, termasuk youtube dan zoom yang sering digunakan oleh peserta didik. Hal ini tentu saja memudahkan dan meringankan beban orang tua yang selama belajar online tetap harus membeli kuota untuk mencukupi kebutuhan putra-putrinya belajar di rumah. Tentu saja beberapa laman yang diblokir kemenkominfo tetap tidak bisa dibuka, termasuk laman media sosial yang selama ini menjadi salah satu godaan bagi peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu twitter, instagram, facebook, dan tiktok.
Bantuan kuota yang akan mulai diberikan per Maret 2021 ini akan disalurkan tanggal 11-15 setiap bulannya, dan akan berakhir setelah 30 hari setelah kuota masuk ke nomor yang bersangkutan. Lalu siapakah yang akan menerima kuota bantuan? Kuota ini akan diberikan pada nomor yang tahun 2020 sudah menerima bantuan, dan yang melakukan penggunaan kuota > 1 GB di tahun 2020. Jadi untuk yang penggunaan kuotanya sangat kecil, bantuannya tidak akan diberikan lagi. Lalu bagaimana dengan yang tahun lalu belum mendapat bantuan? Ataukah yang nomornya berubah? Nah ini yang menjadi masalah besar yang berasal dari peserta didik yang seringkali gonta-ganti nomor. Padahal, sudah seringkali diingatkan bahwa nomor yang didaftarkan di dapodik adalah nomor yang akan mendapat bantuan.
Hal ini diantisipasi oleh pemerintah melalui bantuan kepala sekolah dan operator sekolah yang bisa melaporkan perubahan melalui http://vervalponsel.data.kemdikbud.go.ig yang bisa digunakan untuk mendaftarkan nomor ponsel baru, atau pengajuan nomor baru yang belum mendapatkan bantuan di tahun 2020. Pelaporan nomor baru ini harus dilakukan sebelum bulan April 2021 pada kepala sekolah, agar operator sekolah dapat mengunggah SPTJM untuk nomor yang berubah atau nomor baru. Dan bagi mereka dengan SPTJM baru, akan mendapat bantuan kuota mulai bulan April 2021.