Mohon tunggu...
Rio Nazar
Rio Nazar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Humaniora Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Tentang Babi Rusa

20 Desember 2024   20:55 Diperbarui: 15 Desember 2024   16:46 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pendahuluan:Puisi ini penulis buat sebagai bentuk apresiasi terhadap hewan babi rusa, salah satu jenis hewan yang hidup di hutan tropis. Babi rusa memiliki keunikan tersendiri dengan tubuh yang kuat dan tanduk yang khas. Dalam puisi ini, penulis ingin menggambarkan keindahan dan kehidupan babi rusa secara sederhana, serta memberikan pesan kepada pembaca untuk menjaga kelestarian alam.

Puisi Babi Rusa:

Babi rusa berjalan perlahan,
Di hutan yang hijau dan sejuk,
Tanduknya melengkung indah di kepala,
Menghiasi langkah yang penuh sabar.

Ia mencari makan dengan tenang,
Melangkah di antara pohon-pohon tinggi,
Hidup di alam yang masih asri,
Bersatu dengan tanah, air, dan langit.

Tak pernah tergesa, tak pernah takut,
Babi rusa tahu cara bertahan,
Dengan kekuatan dan keberanian,
Menghadapi dunia yang penuh tantangan.

Mari kita jaga bersama hutan ini,
Agar babi rusa tetap hidup bebas,
Menjadi bagian dari alam yang lestari,
Untuk anak cucu yang akan datang nanti.

Rangkuman Puisi:Puisi ini menggambarkan kehidupan babi rusa di hutan, di mana ia hidup dengan tenang, mencari makan, dan menikmati alam sekitar. Keberanian dan kekuatan babi rusa menjadi simbol keteguhan hidup. Melalui puisi ini, penulis juga mengajak pembaca untuk menjaga kelestarian alam agar hewan-hewan seperti babi rusa dapat terus hidup di bumi ini.

Pesan Penulis:Pesan penulis dalam puisi ini adalah untuk menjaga alam dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Babi rusa adalah bagian penting dari ekosistem hutan, dan kita perlu menghormati serta melindungi lingkungan agar kehidupan mereka tetap terjaga. Jangan biarkan alam rusak oleh ulah kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun